Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bayi Penderita Hydrocephalus Akhirnya Meninggal

image-gnews
Putri Indonesia Qory Sandioriva (kedua kanan) memangku seorang anak penderita Hydrocephalus saat mengunjungi Wisma Hydrocephalus di Jalan Ksatrian, Semarang, (24/10). TEMPO/ Budi Purwanto
Putri Indonesia Qory Sandioriva (kedua kanan) memangku seorang anak penderita Hydrocephalus saat mengunjungi Wisma Hydrocephalus di Jalan Ksatrian, Semarang, (24/10). TEMPO/ Budi Purwanto
Iklan

TEMPO.COBone - Bayi penderita hydrocephalus, Syifa, yang baru berusia 3 bulan, Ahad, 20 Maret 2016, sekitar pukul 10.00 Wita, meninggal. Anak ketiga pasangan suami-istri, Sarif dan Nurlina, ini mengembuskan napas terakhir di rumahnya yang sederhana di Kelurahan Cellu, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Nurlina mengisahkan, Syifa tampak sehat di bagian tubuhnya. Namun kepalanya terus membesar. Pada pukul 03.00 Wita, keluar cairan dari kepalanya dan baru berhenti pada pukul 10.00 Wita. Kepalanya mengempis. Syifa, yang matanya mengalami kebutaan, tidak menangis. Sesaat kemudian, napasnya terhenti. “Selama sakit, tidak pernah rewel. Dia anak yang sabar,” tuturnya.

Menurut Nurlina, Syifa sempat dirawat selama 15 hari di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Syifa dirujuk dari RSUD Tenriawaru, Watampone, Kabupaten Bone. Namun ia tak kunjung membaik. Nurlina memutuskan membawa pulang anaknya pada 5 Maret lalu.

Nurlina mengaku ia dan suami tidak bisa berbuat banyak untuk menyembuhkan anaknya. Sejak lahir di RSUD Andi Makkasau, Kota Parepare, 1 November 2015, kondisinya sudah memprihatinkan. Pihak rumah sakit memvonis bayi yang lahir dengan berat badan 3 kilogram itu menderita hydrocephalus.

Sarif, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang gergaji kayu, merasa penghasilannya kurang. Ia berangkat ke Malaysia sebagai tenaga kerja Indonesia demi mengumpulkan uang. Dua kakak Syifa, Alim Fauzan, 3 tahun, dan Muhammad Nur 1,5 tahun, juga harus tetap mendapat perhatian dan pembiayaan. “Saya serahkan kepada Tuhan,” ujar Nurlina seusai penguburan Syifa, tak jauh dari rumahnya.

Kematian Syifa mendapat simpati Bupati Bone Andi Fahsar Mahdin Padjalangi. Sebelumnya, Fashar, yang meminta Syifa, yang cukup lama hanya dirawat di rumah, dipindahkan ke RSUD Tenriawaru. Karena keterbatasan peralatan di rumah sakit itu, Fashar meminta agar dirujuk ke RSUD Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, atas biaya pemerintah daerah.

Atas nama keluarga dan masyarakat Bone, Fashar menyatakan dukacita sedalam-dalamnya. "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, Allah lebih menyayanginya sebagai malaikat kecil yang tak punya dosa,” ucapnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, Sarif dan Nurlina harus menghadapi masalah yang berkaitan dengan penderitaan Syifa tanpa bantuan siapa pun. Setelah lahir di RSUD Andi Makasasu, Parepare, dan pihak rumah sakit menganjurkan dilakukan operasi, suami-istri itu memutuskan membawa pulang Syifa ke kampung halamannya di Bone. “Kami rawat dia seadanya di rumah,” kata Nurlina saat ditemui Tempo, awal Februari lalu.

Penderitaan Syifa baru diketahui masyarakat Bone setelah ada seorang warga menginformasikannya melalui media sosial Facebook. Wartawan media cetak dan elektronik mulai berdatangan dan memberitakannya. Para pejabat pun mengunjunginya. Termasuk Wakil Bupati Bone Ambo Dalle.

Pemerintah Kabupaten Bone memutuskan merawat Syifa di RSUD Tenriawaru. “Soal biaya akan kami bahas bersama dinas kesehatan dan pihak rumah sakit, yang penting dirawat dulu,” kata Ambo Dalle.

Pada awal Februari itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Andi Kasma Padjalangi justru mengaku belum mengetahui ihwal penderitaan yang mendera Syifa. "Di mana dia dirawat, berapa umurnya,” ucapnya kepada wartawan yang menginformasikan penyakit Syifa.

ANDI ILHAM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

4 Juli 2023

Ilustrasi daun bidara. Shutterstock
Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

buah bidara dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit


Punya Hewan Peliharaan, Awas Tertular Penyakit Berikut

8 Februari 2021

Ilustrasi adopsi anjing dan kucing. Salemcountyhumanesociety.org
Punya Hewan Peliharaan, Awas Tertular Penyakit Berikut

Punya hewan peliharaan memang menghibur. Tapi awas, mereka juga bisa menularkan penyakit kepada pemiliknya.


Banjir Lagi, Waspadai Penyakit Akibat Virus dan Jamur Berikut

8 Februari 2021

Petugas BPBD DKI Jakarta mengevakuasi korban banjir di RT11 RW05 Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, menggunakan perahu karet, Minggu (7/2/2021). Banjir terjadi akibat luapan Kali Ciliwung. (ANTARA/HO-BPBD DKI).
Banjir Lagi, Waspadai Penyakit Akibat Virus dan Jamur Berikut

Banjir selalu menyisakan berbagai masalah, bukan hanya kotoran dan lumpur tapi juga beragam penyakit akibat virus dan jamur.


Mengenal Vertigo, Penyakit Penyebab Wafatnya Rektor Paramadina

7 Februari 2021

Firmanzah, Rektor Paramadina. Facebook
Mengenal Vertigo, Penyakit Penyebab Wafatnya Rektor Paramadina

Rektor Paramadina, Firmanzah, wafat karena vertigo. Penyakit ini banyak dialami orang tapi kurang dipahami bahayanya.


Cegah Stroke dengan Selalu Gembira dan Aktif

7 Februari 2021

Ilustrasi stroke. healthline.com
Cegah Stroke dengan Selalu Gembira dan Aktif

Dokter mengatakan membangkitkan rasa gembira dan bahagia merupakan cara efektif serta mudah yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke.


Hindari Faktor Pemicu Kanker, Dokter Beri Saran

6 Februari 2021

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Hindari Faktor Pemicu Kanker, Dokter Beri Saran

Dokter menjelaskan penyebab penyakit kanker dan faktor pemicu yang sebenarnya bisa dihindari, termasuk memilih gaya hidup sehat.


Pentingnya Peran Bidan sebagai Garda Terdepan Deteksi Kanker Payudara

2 Februari 2021

Ilustrasi kanker payudara. Shutterstock.com
Pentingnya Peran Bidan sebagai Garda Terdepan Deteksi Kanker Payudara

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di tengah masyarakat dan lini terdepan pelayanan kesehatan pun harus paham deteksi dini kanker payudara.


Sering Terlambat Terdeteksi, Ini Pesan Pakar tentang Kanker Payudara

2 Februari 2021

Ilustrasi kanker payudara (pixabay.com)
Sering Terlambat Terdeteksi, Ini Pesan Pakar tentang Kanker Payudara

Pakar mengingatkan perlunya mengenali gejala kanker payudara lebih dini untuk menurunkan risiko keparahan penyakit dan mempercepat penyembuhan.


5 Penyakit dengan Kasus Kematian Tertinggi yang Perlu Diwaspadai

25 Januari 2021

Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
5 Penyakit dengan Kasus Kematian Tertinggi yang Perlu Diwaspadai

Indonesia mengalami kenaikan jumlah prevalensi penyakit tidak menular dan menjadi penyebab kematian tertinggi. Penyakit apa saja itu?


Radang Usus Kronis dan GERD Tak Sama, Pakar Jelaskan Bedanya

24 Januari 2021

Gangguan asam lambung.
Radang Usus Kronis dan GERD Tak Sama, Pakar Jelaskan Bedanya

Jangan samakan GERD dengan radang usus kronis atau IBD meski sama-sama menyerang lambung. Simak penjelasan pakar berikut.