TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian warga Bandung menyaksikan gerhana matahari sebagian (parsial), Rabu, 9 Maret 2016, dari rumahnya masing-masing. Memakai lembaran plastik hitam, rontgen, dan kacamata hitam biasa, warga Bandung melihat gerhana. “Mataharinya jadi sabit,” kata Hendra Sukmara, seorang warga Bandung.
Di sebuah komplek perumahan di daerah Buah Batu, Bandung, misalnya warga juga berbondong-bondong ke masjid. Mereka melaksanakan salat sunah gerhana matahari secara berjemaah mulai pukul 07.00 WIB.
Langit Bandung sendiri sejak pagi masih dibekap mendung. Sekitar pukul 07.20 matahari mulai terlihat muncul dan bersinar cerah. Warga Bandung menyaksikan proses gerhana dengan peralatan yang kurang aman secara medis. “Pakai kacamata hitam biasa, kalau nonton di televisi nggak puas,” kata Nurohmi, warga Bandung lainnya.
Kalangan dokter mata sebelumnya telah mewanti-wanti agar tidak menyaksikan proses gerhana dengan peralatan biasa yang tidak aman. Kacamata khusus yang dianjurkan untuk dipakai yakni berlapis filter matahari. Kerusakan mata akibat cara pengamatan yang salah bisa ringan dan sembuh sendiri hingga kasus berat dan permanen.
Di Bandung hari ini setidaknya ada dua lokasi pengamatan bersama gerhana matahari sebagian. Selain di Observatorium Bosscha yang membuat antrean pengunjung, mahasiswa Astronomi ITB menggelar acara serupa di kompleks Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Bandung.
Karena hanya gerhana sebagian, pada saat puncak matahari terhalang oleh bulan sebanyak 88 persen, Bandung tak benar-benar gelap. Matahari hanya agak meredup sebentar kemudian cerah kembali.
Astronom Observatorium Bosscha, Evan Irawan Akbar menjelaskan waktu puncak gerhana di Bandung pukul 07.21 WIB, dimulai sekitar 06.30 dan selesai gerhana sekitar 08.30 WIB.
ANWAR SISWADI