TEMPO.CO, Padang - Penduduk Mentawai mengeluh kesulitan menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan pemerintah setempat saat gempa berkekuatan 7,8 skala Richter mengguncang sebagian kabupaten dan kota di Sumatera Barat, Rabu, 2 Maret 2016, pukul 19.49.
Vincensius Ndara, warga Mailepet, Siberut Selatan, mengatakan karena tidak bisa dikontak, warga bergerak sendiri. Mereka mengungsi sendiri hingga kembali ke rumah masing-masing tanpa bantuan pemerintah setempat. “Tidak ada kerusakan bangunan akibat gempa,” katanya, Kamis, 3 Maret 2016.
Namun penduduk mengungsi ke tiga lokasi evakuasi di Siberut Selatan yang berada di atas bukit-bukit. “Gempanya terasa cukup kuat, dan berayun lama.”
Sebenarnya, kata Vincensius, penduduk tak panik dan merasa biasa saja ketika gempa terjadi. “Tapi begitu muncul di televisi ada gempa Mentawai 8,3 SR dan potensi tsunami, langsung saja kami mengungsi.”
Berita Terbaru: Gempa Bumi Mentawai
Istrinya membawa bekal makanan, air minum, dan selimut ke atas bukit bersama anak-anak. Sehingga, dalam sekejap permukiman di Siberut Selatan langsung kosong. Ia sendiri memilih tinggal di rumah bersama beberapa tetangganya untuk memantau kondisi.
Gempa susulan kembali terjadi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Kamis, 3 Maret 2016. Sebagian murid sekolah di Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, masih belum sekolah. Anak-anak berada di pengungsian semalaman. “Anak-anak mengungsi ke bukit hingga tengah malam tadi, ada juga yang baru turun tadi pagi.”
Sehingga, meski sekolah tetap buka, anak-anak tidak bersekolah. “Termasuk anak saya,” ujar Vincensius.
FEBRIANTI