TEMPO.CO, Kediri – Petugas Satuan Polisi Pamong Praja tak kompromi saat menggelandang sejumlah pelajar dari warung kopi. Ironisnya, tempat nongkrong mereka tak jauh dari lokasi mangkal perempuan nakal.
Upaya petugas Satpol PP Kota Kediri tak jarang menuai olokan dan cemoohan pemilik warung yang kehilangan pelanggan. Meski demikian, para petugas keukeuh membawa pergi para pelajar yang masih mengenakan seragam.
Dua pelajar sekolah menengah kejuruan ini tak bisa berkutik saat serombongan petugas Satpol PP mendatangi warung tempat merek ngopi. Keduanya buru-buru mengaku sudah pulang sekolah saat ditanya alasan keberadaan mereka di warung pada jam sekolah. “Tadi pelajaran terakhirnya kosong, Pak,” kata salah satu siswa yang masih mengenakan seragam sambil mengeluarkan buku dari dalam tas, Senin, 18 Januari 2016.
Tak menggubris alasan itu, petugas langsung memasukkan tas sekolah dua pelajar itu ke dalam mobil. Selanjutnya, pemilik tas turut digelandang ke mobil station yang bergerak meninggalkan kawasan pemakaman Cina di kaki Gunung Klotok. Tempat ini menjadi langganan para pelajar karena jauh tersembunyi di area pemakaman yang sepi.
Selanjutnya, rombongan Satpol PP yang turut membawa truk bergerak ke deretan warung lereng Gunung Klotok. Di tempat ini petugas kembali menciduk lima pelajar yang tampak nongkrong di warung. Beberapa di antaranya tampak sudah melepas seragam atasan meski masih mengenakan celana dan sepatu sekolah. “Padahal tempat ini banyak juga PSK-nya,” ujar seorang anggota Satpol PP.
Benar saja, tak jauh dari lokasi nongkrong pelajar ini, tampak beberapa perempuan muda berdandan menor pada siang bolong. Sesekali mereka memanggil dan menggoda pengunjung pria yang lewat untuk diajak nongkrong bareng. Beberapa warga menyebut mereka sebagai pekerja seks komersial yang memang mangkal mencari konsumen.
Kepala Seksi Ketenteraman dan Ketertiban Satpol PP Kota Kediri Nurkhamid mengaku tak akan memberi ampun kepada para pelajar yang terjaring hari ini. Petugas akan memanggil kepala sekolah masing-masing agar mengetahui apa yang dilakukan anak didiknya di luar sekolah. “Kami panggil kepala sekolahnya sekalian, bukan hanya orang tua,” tuturnya.
Sebagai sesama orang tua, Nurkhamid mengaku prihatin atas perilaku pelajar. Jika ini dibiarkan, tak menutup kemungkinan mereka akan tumbuh menjadi pelaku kriminal kelak.
HARI TRI WASONO