TEMPO.CO, Bandung - Gunung Soputan di Sulawesi Utara sudah dua kali meletus sejak statusnya naik menjadi siaga atau level III. Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika, mengatakan dampak akibat letusan itu adalah semburan abu.
Menurut Gede, sebaran abu letusan diperkirakan ke permukiman penduduk yang berada di arah tenggara puncak gunung. “Sebaran abunya ke tenggara mengikut arah angin,” katanya saat dihubungi, Selasa, 5 Januari 2016.
Sebaran abunya, kata Gede, kecil kemungkinan menjangkau bandara di Manado, yang berada di arah timur laut dari puncak Gunung Soputan. “Arah angin ke tenggara, tapi jalur penerbangan yang melintasi itu bisa saja terdampak kalau terbangnya rendah,” katanya.
Gede berujar hingga saat ini belum ada rekomendasi penutupan bandara. “Satelit belum bisa merekam ketebalan abu karena daerahnya tertutup awan.”
Pusat vulkanologi menetapkan daerah bahaya dengan naiknya status Gunung Soputan itu berada dalam radius empat kilometer, kecuali di arah barat dan barat daya dengan daerah bahaya mencapai 6,5 kilometer. Sebelumnya, saat statusnya masih waspada daerah bahaya berada dalam radius 1,5 kilometer dari pucak Gunung Soputan.
Gede mengatakan warga sekitar juga diminta mewaspadai aliran lahar jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi kendati permukiman penduduk terdekat berada dalam radius sepuluh kilometer dari gunung itu. Di antaranya ancaman banjir lahar berpotensi di permukiman penduduk yang berada di sekitar sungai yang berhulu di Gunung Soputan, seperti Sungai Ranowangko, Sungai Lawian, Sungai Popang, dan Londola Kelewahu.
AHMAD FIKRI