TEMPO.CO, Surabaya - Fenomena ‘ikan mabuk’ di dua sungai yang membelah Surabaya, Kalimas dan Kali Surabaya, merupakan peristiwa alamiah. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya mengungkapkan, setiap tahun debit air di sungai akan meningkat seiring curah hujan yang tinggi di daerah hulu.
“Biasanya setahun sekali. Peristiwa kali ini termasuk ringan dibandingkan beberapa tahun yang lalu,” kata pengawas lingkungan hidup BLH Kota Surabaya, Teguh Sumardiono, saat dihubungi Tempo, Jumat, 1 Januari 2016.
Tambahan debit air di daerah hulu Sungai Brantas sedang tinggi karena Kabupaten Jombang dan sekitarnya mengalami hujan. Ini membuat lumpur di dasar sungai ikut terangkat. Akibatnya, kadar oksigen berkurang sehingga membuat ikan-ikan ‘mabuk’.
“Debit air di segmen Jalan Marmoyo sampai lima-enam kali lebih besar dari biasanya. Padahal jika kadar oksigen di bawah 0,5 miligram per liter saja, ikan-ikan sudah bisa mabuk,” ujarnya.
Untuk mengatasinya, petugas pintu air Jagir mengalirkan air sungai ke arah Kali Surabaya yang lebih dekat ke muara. Kadar oksigen berangsur-angsur naik, sehingga dalam waktu tiga-empat jam keadaan mulai normal. “Tinggal yang di hilir saja agak lama, tapi ikan-ikan yang di dekat hulu sudah mulai berkurang,” kata Teguh.
Sementara itu, Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah, Ecoton, menilai fenomena itu sebagai siklus biologi biasa. Debit air sungai yang tinggi membuat palung sungai meluap dan tak mampu menampung air yang berlebihan.
“Akhirnya air meluber ke sempadan sungai. Ikan-ikan pun terbawa ke tepian sungai, jadinya kesannya menyeruak ke permukaan,” kata Direktur Ecoton Prigi Arisandi.
Ditambah lagi, Desember-Januari merupakan saat-saat musim ikan sedang berkembang biak. Ikan betina yang sedang menaruh telur di dasar sungai ikut terangkat.
Meski begitu, ia tak sependapat jika ‘ikan mabuk’ tersebut akibat pencemaran sungai. Sebab, industri di daerah hulu sedang tak beroperasi. “Pabrik-pabrik kan sedang libur beberapa hari lalu,” katanya.
ARTIKA RACHMI FARMITA