TEMPO.CO, Bangkalan - Datangnya bulan Maulid Nabi Muhammad adalah saatnya bocah-bocah merayakan 'Lebaran Buah' di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Warga di desa yang berjarak sekitar 12 kilometer sebelah timur dari Kota Bangkalan ini memang punya tradisi unik merayakan Maulid Nabi.
Tepat pada 12 Robiulawal atau bertepatan dengan 24 Desember 2015 dalam kalender masehi, yang merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad. Warga Desa Jaddih menggelar maulidan keliling dari rumah ke rumah di desa itu. Jemaah maulidan itu berjumlah sekitar 20 sampai 30 orang, mayoritas anak-anak.
Mereka akan keliling dari rumah ke rumah dan baca salawat bersama. Untuk menyambut jamaah, tuan rumah tidak menyediakan hidanga mewah, cukup nasi tumpeng dengan lauk pauknya serta tumpeng buah. "Kalau ada uang lebih, kita kasih amplop Rp 5.000 ke jemaah," kata Tollib, warga Dusun Lembung, Desa Jaddih.
Belum selesai sang kiai melamatkan doa terakhir, jemaah yang mayoritas bocah itu langsung menyerbu tumpeng buah di depan kiai. Suasana pun gaduh, pecahan buah berceceran di lantai. Tak ada yang marah, tuan rumah malah gembira. "Memang begitu tradisinya, waktu saya kecil juga seperti mereka," ujar Tollib.
Mulidan kekeling itu dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 10.00 wib. Mahrus, salah satu jemaah maulidan keliling mengaku selama 4 jam keliling bisa sampai 15 rumah. "Ini 'berkatnya'," kata dia sambil menunjukkan empat buah tas kresek hitam penuh buah dan nasi.
Baca Juga:
Jauhari, salah satu pemuka agama di Desa Jaddih menuturkan puncak dari perayaan maulid nabi adalah malah harinya. Semua warga akan berkumpul di masjid desa. "Kami baca solawat dan bagi-bagi bingkisan," kata dia. Bingkisan berasal dari sumbangan warga.
MUSTHOFA BISRI