TEMPO.CO, Yogyakarta - Sugiarti mengenakan kebaya berwarna merah jambu dan jarit. Kepala Sekolah Menengah Seni Rupa Yogyakarta, Rakhmat Supriyono duduk menciptakan sketsa di depan Sugiarti. Dalam waktu tujuh menit, Rakhmat merampungkan sketsa hitam putihnya.
Selasa, 22 Desember 2015, mereka datang bersama puluhan seniman Yogyakarta di aula bercat putih mirip pagelaran Keraton, Selasa, 22 Desember 2015. Mereka secara dadakan menggambar sketsa bersama memperingati Hari Ibu, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember. Acara itu digelar di Pendopo komplek Ndalem Joyodipuran.
Gedung ini sekarang digunakan untuk kantor Balai Balai Pelestarian Nilai Budaya. Bangunan ini menjadi saksi sejarah berlangsungnya Kongres Perempuan Indonesia pertama tanggal 22-25 Desember 1928. Pohon sawo tumbuh rimbun mengitari gedung itu.
Adji Koesoemo, penggagas acara membuat sketsa bersama seniman mengatakan acara dadakan itu digelar untuk mengingatkan orang akan pentingnya sejarah pergerakan perempuan Indonesia. "Kami prihatin tak banyak orang tahu Pendopo Ndalem Joyodipuran ini tempat bersejarah gerakan perempuan Indonesia," kata dia.
Selain di Pendopo Ndalem Joyodipuran, seniman juga menggores sketsa di rumah seniman Yogyakarta, Godod Sutedjo di Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta. Godod adalah koordinator acara seniman melukis sketsa memperingati Hari Ibu. Menurut dia total seniman yang terlibat ada 15 orang. Mereka di antaranya seniman Kondang Sugito, Kibar Hardiono, kurator seni dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta Dwi Maryanto, dan Dosen Jurusan Desain Interior ISI Hendro Purwoko.
Baca Juga:
Pendopo Ndalem Joyodipuran berdiri di tengah perkampungan Dipowinatan, Yogyakarta. Pendopo ini menjadi bangunan utama di komplek Ndalem Joyodipuran, tak jauh dari keraton Kasultanan Yogyakarta. Gedung yang berada di kawasan seluas 6.500 meter persegi ini terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso No 23 Yogyakarta.
Ini merupakan gerakan nasional kebangkitan perempuan untuk melawan penindasan akibat perbedaan jenis kelamin. Mereka berkumpul, menyatakan pikirannya, dan menyebarkan gagasannya ihwal berbagai persoalan yang dihadapi perempuan.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta, Christriyati Ariani, mengatakan tidak ada acara khusus untuk memperingati Hari Ibu, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember. "Kami fokus menyusun program tata kelola budaya," kata Christriyati ketika dihubungi, Selasa, 22 Desember 2015. Christriyati sedang berada di Jakarta.
Setiap tanggal 22 Desember, sejumlah organisasi perempuan memperingati Kongres Perempuan Indonesia. Semasa Presiden Sukarno menjabat, tanggal 22 Desember juga ditetapkan sebagai Hari Ibu.
Christriyati menyatakan kantor ini sekarang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelum tahun 1981, bangunan ini berada di bawah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Di depan gedung ini ada patung Dr. R. Kodijat, yang berjasa memberantas penyakit frambusia atau patek.
Ndalem Joyodipuran berdiri sejak 1867. Bangunan rumah Jawa klasik berbentuk limasan ini pada mulanya bernama Dalem Dipowimolo. Nama ini sesuai dengan pemiliknya, KRT. Dipowimolo. Setelah KRT. Dipowimolo meninggal bangunan rumah ini oleh Sri Sultan HB VII, kemudian dihadiahkan kepada menantunya yang bernama KRT Jayadipura yang dikenal sebagai seniman musik, tari, dan arsitektur. Dipowinatan kini menjadi kampung wisata.
Di pendopo itu terdapat informasi penanda Kongres Perempuan Pertama pada 22-25 Desember 1928. Penggagasnya di antaranya Wanito Oetomo, Wanita Taman Siswa, dan Putri Indonesia. Kongres itu melibatkan 30 organisasi perempuan.
SHINTA MAHARANI