TEMPO.CO, Jakarta - Dokter muda Dionisius Giri Samudra, 24 tahun, yang meninggal di Kepulauan Aru, Maluku, sempat berjanji akan membelikan ibunya mutiara.
"Ia pernah bilang sama saya akan membelikan mutiara kalau uangnya sudah terkumpul. 'Ibu, nanti kalau uang saya sudah terkumpul, akan saya belikan mutiara. Mutiara di Dobo bagus-bagus, Bu'," kata Fransisca Ristansiah menirukan ucapan anaknya.
Fransisca mengatakan saat itu dia merasa sedih mendengar ucapan anaknya tersebut. Sebagai ibu, dia merasa terenyuh mendengar niatan baik seorang anak yang sedang mengumpulkan uang untuk membelikan dirinya mutiara.
"Namanya anak itu, ya, bukan menjadi belahan jiwa saya, tapi sudah menjadi nyawa saya. Sangat sedih kehilangan anak saya. Dia itu anak yang sangat baik, ramah, dan sabar," ujarnya.
Jenazah dokter Dionisius Giri Samudra, atau yang akrab disapa Andra, pada pukul 09.45 WIB tadi diberangkatkan ke tempat pemakaman umum di Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Saat disemayamkan di rumah duka, jenazah berada di dalam peti berwarna putih yang ditutupi bendera Merah Putih. Kemudian jenazah dimasukkan ke dalam mobil jenazah oleh keluarga.
Jenazah diberangkatkan menggunakan mobil ambulans berwarna putih milik Rumah Sakit Sentra Medika. Banyak pelayat yang melepas kepergian dokter Andra.
Dokter Andra merupakan dokter magang di Kepulauan Aru yang meninggal saat sedang mengemban tugas di pedalaman Pulau Aru. Menurut Fransisca, sebelum berangkat kembali bertugas di Pulau Aru, anak keduanya itu sudah mengalami demam. "Sebelum berangkat, anak saya memang sudah demam," tuturnya.
MUHAMMAD KURNIANTO