TEMPO.CO, Probolinggo - Aktivitas vulkanis Gunung Bromo dilaporkan meningkat Kamis malam, 12 November 2015. Peningkatan aktivitas ditemukan lewat pencatatan gempa tremor dan perubahan secara visual gunung berapi dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut itu.
Berdasarkan data Pos Pengamatan Gunung Api Bromo di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, telah terjadi peningkatan gempa tremor. Catatan yang sebelumnya menunjukkan amplitudo maksimum 0,5-2 mm atau 0,5-3 mm berubah menjadi 0,5-4 mm pada Kamis malam ini.
Sedangkan berdasarkan pengamatan secara visual, kawah Gunung Bromo menyemburkan asap putih kelabu sedang-tebal dengan tekanan lemah-sedang. Padahal sebelumnya asap yang keluar putih tebal dengan tekanan lemah.
Kendati menggeliat dan terjadi peningkatan aktivitas vulkanis, status Gunung Bromo masih tetap di level II. "Statusnya masih waspada," kata petugas Pos Pengamatan Gunung Api Bromo, M. Subhan, kepada Tempo, Kamis malam, 12 November 2015.
Subhan bahkan menuturkan pola peningkatan seperti itu sebenarnya sering terjadi. Dia menjelaskan, peningkatan gas yang keluar mengakibatkan tumbuhan kering dan mati. Tapi, diakuinya, sebelumnya tidak pernah disertai dengan perubahan visual.
"Untuk yang sekarang ada perubahan di visualnya yang dicirikan dengan perubahan ketebalan asap dan warna asap beserta tekanannya," tulis Subhan lewat WhatsApp.
Gunung Bromo masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang areanya mencakup empat kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Gunung Bromo terakhir erupsi pada 2010 atau lima tahun lalu.
Bromo memiliki siklus erupsi lima tahunan. Tahun ini sebenarnya sudah masuk siklus erupsi Bromo.
DAVID PRIYASIDHARTA