TEMPO.CO, Mataram - Letusan anak Gunung Rinjani, Gunung Barujari, masih terus berlangsung setiap waktu tanpa jeda. Amplitudo getaran, seperti yang terekam di Pos Pemantau di Desa Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, mencapai 48 milimeter.
Menurut Ketua Pos Pemantau, Mutaharlin, intensitas letusan meningkat sepanjang hari sejak Minggu, 1 November 2015. Tinggi asap erupsi mencapai 4.000 meter di atas permukaan laut. “Suaranya bergemuruh dan ada dentuman serta keluar api,” katanya kepada Tempo, Kamis pagi, 5 November 2015.
Mutaharlin menjelaskan, letusan Gunung Barujari ini berasal dari lubang letusan yang terjadi pada1994, 2004, dan 2009. Jaraknya sekitar 10 meter dari kawah utama.
Peneliti Rinjani-Samalas Heryadi Rachmat mengatakan, berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, letusan epusif (kecil) bisa berlangsung lama. “Pengalaman yang terdahulu demikian,” ujar perekayasa utama Museum Geologi yang sedang menyiapkan disertasinya mengenai letusan Rinjani-Samalas tahun 1257.
Dia mengatakan, pada 1994 letusan Gunung Barujari berlangsung selama setahun, dan pada 2009 selama 1,5 tahun.
Manajer Operasi Bandar Udara Internasional Lombok (BIL) Gusbandoro Bambang menyebutkan, penerbangan dari dan ke BIL ditutup sejak Rabu malam, 4 November 2015. “Pagi ini berlanjut sehari lagi. Ini force majeur,” ucapnya.
Juru bicara BIL, Gede Eka Sandi, menjelaskan sejak Rabu malam, 4 November 2015, pukul 18.45 WITA, telah dikeluarkan Notice To Airmen (NOTAM) perihal penutupan penerbangan dari dan ke BIL.
Semula berlaku hingga Kamis pagi, 5 November 2015, pukul 09.30 WITA. Akan tetapi, dikeluarkan lagi instruksi penutupan mulai Kamis, 5 November 2015, pukul 07.25 WITA hingga Jumat, 6 November 2015, pukul 08.45 WITA. “Penumpang diarahkan menggunakan alternatif transportasi laut,” ujar Gede.
Pada kondisi normal, dalam sehari terdapat 70 penerbangan dari dan ke BIL. Mulai dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Sumbawa, dan Bima. Jumlah penumpang rata-rata 3.300 orang.
SUPRIYANTHO KHAFID