TEMPO.CO, BANDUNG — Manajer Komunikasi dan Administrasi PT Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jawa Barat Banten, Agung Murdifi, mengatakan, perusahaannya memberlakukan pengurangan pasokan listrik saat beban puncak yakni antara pukul 18.00 WIB hingga 22.00 WIB.
“Di wilayah Jawa Barat-Banten sendiri, beban puncak malam hari sekitar 8.027 MW. Namun dengan berkurangnya kemampuan pembangkit untuk memasok listrik beban di Jawa Barat-Banten terpaksa dikurangi sekitar 530 MW,” kata Agung dalam rilis yang diterima Tempo, Jumat, 30 Oktober 2015.
Agung mengatakan, PLN mendistribusikan pengurangan beban itu ke seluruh area. Sejumlah daerah terpaksa mengalami pemadaman listrik. Di wilayah Distribusi Jawa Barat-Banten, pengurangan beban itu dibagikan pada tiap area berdasarkan prosentase beban masing-masing.
“Di wilayah Bandung dan sekitarnya mendapat kuota (pengurangan beban listrik) sekitar 40 MW,” kata dia.
Agung meminta pada pelanggan listrik yang tidak mengalami pemadaman agar berpartisipasi mengurangi penggunaan listrik selama pasokan listrik melorot.
“Bagi pelanggan yang tidak mengalami padam dimohon partisipasinya untuk menghemat penggunaan listrik di rumah karena sangat bermanfaat untuk meminimalisir pemadaman,” kata Agung.
Menurut penjelasan dari Pelaksana Tugas Kepala Satuan Komunikasi Korporat PT PLN, Bambang Dwiyanto, dalam rilis yang diterima Tempo kemarin, pemadaman bergilir ini terkait dengan sistem listrik Jawa dan Bali yang terkoneksi menjadi satu.
"Pada waktu beban puncak (18.00-22.00 waktu setempat) mengalami kekurangan pasokan atau defisit daya sehingga terpaksa dilakukan pemadaman di beberapa lokasi secara bergilir,” kata Bambang.
Bambang menjelaskan, musim kemarau yang berlangsung cukup panjang tahun ini mempengaruhi pengoperasian beberapa Pusat Listrik Tenaga Air, yang mengakibatkan berkurangnya pasokan listrik.
PLN menjanjikan pemadaman bergilir itu akan dilakukan tanpa menggangu aktivitas pelangan.
Menurut Bambang, minimal ada dua pembangkit listrik yang beroperasi terbatas karena pasokan airnya diprioritaskan untuk pengairan selama musim kemarau panjang kali ini.
Kedua pembangkit itu adalah PLTA Cirata 1.000 MW dan PLTA Saguling 700 MW. “PLTA lain juga mengalami hal serupa,” kata Bambang.
Pasokan listrik juga bekurang akibat gangguan yang terjadi pada “main transformer” Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton Unit 7 dan 8, sejak 28 Oktober 2015 lalu.
PLTU ini memiliki kapasitas pembangkit 1.200 MW, yang dioperasikan oleh Paiton Energy Company (PEC).
Gangguan serupa juga terjadi di beberapa pembangkit lainnya yakni PLTU Indramayu, PLTU Suralaya, dan PLTU Pelabuhan Ratu.
Bambang mengatakan, akibatnya pasokan listrik untuk Jawa-Bali mengalami defisit daya sektiar 1.000 MW sejak dua hari terakhir saat beban puncak. “Beban puncak sistem kelistrikan Jawa-Bali sekitar 23.900 MW. Ada kemungkinan defisit ini masih berlangsung beberapa hari ke depan jika perbaikan beberapa pembangkit mengalami keterlambatan,” kata dia.
AHMAD FIKRI