TEMPO.CO, Jakarta - PT Semen Indonesia menghadapi penolakan dalam rencana pembangunan pabrik semen dan penambangan di kawasan Pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kepala Desa Timbrangan, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Nyono, termasuk salah satu penolak rencana tersebut.
Nyono mengaku pernah ditawari duit Rp 1 miliar agar beralih mendukung pabrik semen. Nyono menyatakan tawaran itu disampaikan melalui teman dekatnya. “Saya ya menolak,” ujarnya. “Saya tidak mau kaya sendiri sementara penduduk di sini bakal kesusahan.” Nyono khawatir pembangunan pabrik semen bakal merusak lingkungan. (Baca: Kenapa Pabrik Semen di Rembang Menuai Kontroversi?)
Menurut Nyono, tawaran dari pabrik semen kemudian meningkat, yaitu sepuluh unit truk senilai Rp 3 miliar. Syaratnya, Nyono harus bisa mengeluarkan para penolak pabrik semen yang masih berunjuk rasa dengan mendirikan “tenda perjuangan” di kawasan PT Semen Indonesia. Selain itu, Nyono juga diminta mengembalikan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) PT Semen Indonesia. “Kalau amdal-nya tak bermasalah, kenapa diminta dikembalikan?” katanya. (Baca: Ganjar Pranowo: Gara-gara Investigasi Tempo Saya Dimarahi)
Tawaran itu juga disampaikan melalui Sadari, teman dekatnya. Kepada Tempo, Sadari membenarkan tawaran tersebut. “Disampaikan lewat telepon,” tuturnya. (Baca: Dua Surat Mbah Rono soal Pabrik Semen di Rembang)
Direktur Utama PT Semen Indonesia Suparni dalam wawancara khusus dengan Tempo, Senin, 31 Agustus 2015, membantah perusahaannya pernah mengiming-imingi duit kepada warga Kendeng Utara. “Tidak pernah ada itu (tawaran duit),” ucap Suparni. (Selengkapnya, baca majalah Tempo: Izin Janggal Bukit Kapur)
Sedangkan General Manager of Corporate Secretary PT Semen Indonesia Agung Wiharto mengklaim perusahaannya melakukan pendekatan humanis terhadap para penolak pabrik semen. Caranya dengan mengajak mereka ke pabrik semen di Tuban. “Kami jelaskan dan tunjukkan ada-tidaknya kerusakan lingkungan. Mereka malah bilang, informasi yang mereka dapat selama ini berbeda dari kenyataan.”
TIM INVESTIGASI TEMPO