TEMPO.CO, Palopo - Aparat Kepolisian Resor Palopo, Sulawesi Selatan, semakin sulit mengungkap pelaku pembunuhan terhadap Olivia, yang terjadi 19 April lalu. Satu-satunya harapan guna mendapatkan petunjuk tentang siapa pelaku pembunuhan, juga pupus setelah hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik Mabes Polri terhadap sampel darah yang menempel di kuku korban, tidak identik dengan darah Sutomo, pacar korban, yang semula dicurigai sebagai pelaku.
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Kepolisian Resor Palopo, Ajun Komisaris Besar Dudung Adijono. Kendati demikian, tim khusus yang dibentuk menyelidiki kasus pembunuhan, yang hingga kini masih jadi bahan pembicaraan masyarakat itu, akan terus bekerja. “Tim penyidik harus bekerja lebih keras lagi untuk mencari bukti lain,” katanya, Senin, 7 September 2015.
Menurut Dudung, berdasarkan hasil penyelidikan awal, penyidik mencurigai Sutomo sebagai pelaku pembunuhan. Itu didasarkan pada hasil pemeriksaan terhadap isi telepon seluler Olivia. Selain dengan ibunya, Agnes, komunikasi terakhir yang dilakukan Olivia adalah dengan Sutomo. Namun, penyidik tidak bisa langsung menjadikan Sutomo sebagai tersangka, karena harus didukung oleh alat bukti lainnya.
Dudung meminta pihak keluarga maupun masyarakat Kota Palopo bersabar. Dia berjanji akan mendorong tim khusus penanganan kasus Olivia terus berupaya mengungkap pelaku pembunuhan. “Berikan kepercayaan penuh kepada penyidik kepolisian menangani kasus itu hingga tintas,” ujarnya, sembari menolak disebut Polres Palopo gagal mengusut kasus itu, meski sudah menghabiskan waktu hampir lima bulan.
Ketua Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak (LPPA) Kota Palopo, Andi Fatmawati Syam, justru pesimistis polisi bisa mengungkap pelaku pembunuhan terhadap Olivia, termasuk motivasi di balik pembunuhan itu.
Fatmawati menilai tim khusus yang dibentuk Polres Palopo tidak bekerja secara maksimal. “Kenyataan ini bisa membuat masyarakat khawatir, karena akan banyak kasus pembunuhan yang tak terungkap akibat polisi kehabisan akal. Pelakunya bebas berkeliaran,” ucap Fatmawati yang sudah melaporkan kinerja Polres Palopo ke Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
Sebelumnya, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Palopo, Ajun Komisaris Awaluddin, mengatakan pengungkapan kasus itu sangat bergantung pada hasil pemeriksaan sampel darah yang ditemukan di kuku korban. Darah itupun ditemukan setelah polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk kedua kalinya
Pada saat olah TKP yang pertama, polisi tidak menemukan alat bukti dan petunjuk apapun yang bisa mengarahkan polisi pada pelaku pembunuhan. Itu sebabnya, sampel darah itu segera dikirim ke Labfor Mabes Polri guna diperiksa lebih lanjut. “Jika darah yang menempel di kuku korban itu bukan darah korban, kemungkinan besar itu darah pelaku,” tutur Awaluddin. “Kami harus bekerja lebih keras lagi setelah mendapatkan hasil Labfor.”
Olivia ditemukan sekarat di rumahnya di Jalan Batara, Kecamatan Wara, Kota Palopo. Sebilah badik masih menancap di lehernya. Nyawanya tak tertolong meski sempat dirawat di RSUD Sawerigading, Palopo. Polisi sudah memeriksa sejumlah saksi, termasuk Bima, tetangga korban, yang pertama kali menemukan Olivia, karena dimintai tolong oleh Agnes, yang saat itu masih di gereja.
Agnes yang juga sudah dimintai keterangannya, mendapat telepon dari Olivia, yang mengatakan ada orang yang akan membunuhnya. Namun, Olivia tidak sempat menyebutkan identitasnya. Adapun Sutomo, tidak bisa diperiksa secara maksimal, karena selalu berteriak histeris setiap kali diajukan pertanyaan oleh polisi.
HASWADI