TEMPO.CO, Makassar - Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Sulawesi Selatan Didi Leonardo Manaba mengatakan sejak nilai tukar rupiah menembus angka 14 ribu per dolar Amerika Serikat, banyak rencana perjalanan ke luar negeri ditunda.
“Padahal mereka sudah merencanakan berangkat bulan ini,” kata Didi kepada Tempo, Minggu, 30 Agustus 2015.
Menurut Didi, wisatawan khawatir biaya yang mereka keluarkan akan membengkak karena kondisi mata uang rupiah belum stabil. “Tapi, bagi warga yang punya urusan penting, tetap saja berangkat,” ujarnya.
Untuk megantisipasi kurangnya perjalanan wisata ke luar negeri, pengusaha travel bersama penngelola pariwisata bekerja sama mengenalkan potensi wisata dalam negeri agar bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan Nusantara. “Karena banyak orang Indonesia yang belum menginjak semua tempat wisata menarik di Indonesia. Ini yang kami dorong,” katanya.
Didi mengaku belum bisa menyebutkan jumlah kunjungan ke luar negeri yang ditunda atau dibatalkan karena masih harus dihitung ke semua agen travel.
Kepala Kantor Imigrasi Kota Makassar Tegas Hartawan mengatakan, hingga kemarin, perbandingan jumlah kunjungan ke luar negeri sebelum dan setelah rupiah menembus 14 ribu per dolar AS masih sama. “Tidak ada penurunan atau peningkatan yang drastis,” ucapnya.
Tegas mengatakan kunjungan warga Makassar kebanyakan adalah kunjungan keluarga ke Singapura atau Malaysia. Tapi banyak yang berangkat lewat Jakarta atau Surabaya, sehingga tidak semua bisa ia monitor.
Rio Hendarto Budi Santoso, Communication and Legal Section Head PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, mengatakan belum memiliki data jumlah kunjungan ke luar negeri setelah melemahnya rupiah. Tapi, menurut dia, tampaknya hal itu tidak berpengaruh karena sekarang banyak orang kaya.
MUHAMMAD YUNUS