TEMPO.CO, Bandung - Menurut Kepala Bidang Rehabilitasi Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandung Ayu Sukenjah, terus bertambahnya hotel di Kota Bandung mengancam ketersediaan air, begitu pula dengan pembangunan apartemen.
Menurut Ayu, kebutuhan air domestik atau rumah tangga sekitar 20 liter per orang per hari. Hitungan itu berlaku untuk asumsi pemakaian air oleh tamu hotel. “Dengan bertumbuhnya jasa hotel, memang pertumbuhan ekonomi Bandung naik, tapi jadi ancaman bagi ketersediaan sumber daya air,” ujar Ayu di kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Jumat, 28 Agustus 2015.
Pembangunan sejumlah apartemen juga ikut jadi ancaman. Aturannya, kata Ayu, jika kamar apartemen disewakan pengelola, hitungan pemakaian airnya seperti di hotel. Adapun jika dihuni pemilik, pemakaian airnya tergolong kelas domestik atau rumah tangga.
Sumber air hotel, ujar Ayu, ada yang berasal dari air tanah dan beli dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Dalam perizinan hotel baru, pemilik diwajibkan membuat tangki air sendiri jika PDAM tidak sanggup memasok lewat kiriman tangki air atau sambungan pipa.
Salah satu pengendalian izinnya kini berdasarkan peta zona kerawanan sumber daya air. Pada musim kemarau sekarang ini, BPLH Kota Bandung mencatat ada lima kelurahan yang mengalami krisis air, yakni Kelurahan Dungus Cariang, Kecamatan Andir; Kelurahan Pasir Biru dan Cisurupan di Kecamatan Cibiru; Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cicendo; dan Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol.
Ketua Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Herman Muchtar mengatakan, pembangunan hotel sekarang ini semakin meningkat. Izinnya, kata dia, berasal dari wali kota sebelumnya yang baru dibangun sekarang ini. “Dari sekarang 24 ribu kamar, akhir tahun ini bakal jadi 30 ribu kamar,” ujarnya. Jumlah itu setara dengan sekitar 500 hotel.
Pasokan air untuk hotel, kata Herman, dari air tanah yang berizin dan beli dari PDAM. Saat musim kemarau ini, beberapa anggota perhotelan kesulitan mendapat air. “Harusnya pemerintah telah memperhitungkan lokasi dan debit air, tidak mudah memberi izin,” katanya.
Untuk solusi masalah air di hotel, ia menyarankan agar pengelola mendaur ulang air yang dipakai dan membuat tangki penampungan air hujan. “Sementara ini penghematan air,” kata Herman.
ANWAR SISWADI