TEMPO.CO, Jakarta - El Nino yang melanda Indonesia menjadi pemicu utama kasus kebakaran hutan dan lahan di Tanah Air. Hal ini tampak dari analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Berdasarkan hasil pantauan Satelit Modis (Terra Aqua) pada Rabu, 26 Agustus 2015, titik api di Kalimantan Tengah ada 523, Kalimantan Barat 161, Sumatera Selatan 155, Kalimantan Selatan 80, Kalimantan Timur 70, Jambi 69, Bangka Belitung 10, dan Riau 4.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, asap sepanjang hari menutup beberapa daerah. Jarak pandang di Pekanbaru hanya 2 kilometer, Pelalawan 1 km, Rengat 5 km, Jambi 900 meter. “Asap di Riau sebagian besar berasal dari kiriman Jambi dan Sumatera Selatan,” katanya melalui keterangan pers pada Rabu malam, 26 Agustus 2015.
Adapun kebakaran hutan di Gunung Slamet dan Gunung Lawu juga belum dapat dipadamkan. Untuk mengatasi kebakaran, pemadaman dilakukan oleh sub-satuan tugas darat, udara, dan penegakan hukum. Pemadaman di darat dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah, TNI, Polri, Manggala Agni, MPA, dan masyarakat.
BNPB dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi terus melakukan operasi hujan buatan di empat wilayah secara serempak dengan posko di Pekanbaru, Palembang, Pontianak, dan Jakarta. Hujan buatan di Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat diprioritaskan untuk pemadaman kebakaran, sedangkan di Jakarta untuk kekeringan.
Ada empat pesawat terbang yang dikerahkan untuk menebarkan ratusan garam ke dalam awan-awan potensial. Hujan buatan direncanakan hingga November 2015. Selain itu, BNPB mengerahkan delapan helikopter pengeboman air di Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Meskipun kebakaran hutan dan lahan di Jambi terus meluas dalam dua minggu terakhir, Gubernur Jambi belum menentukan status siaga darurat. Akibatnya, pemadaman banyak kendala.
Asap menyebar bukan hanya di wilayah Jambi, tapi juga ke Riau dan Kepulauan Riau. “BNPB sudah melakukan koordinasi dan meminta agar pemda Jambi menetapkan status siaga darurat, tapi hingga saat ini belum dilakukan,” ujarnya.
Permintaan bantuan hujan buatan dan water bombing juga belum disampaikan Pemerintah Provinsi Jambi kepada BNPB sehingga kebakaran hutan dan lahan masih terus meluas. Upaya pencegahan lebih efektif dibandingkan dengan pemadaman. Padahal sesungguhnya kebakaran bisa dicegah.
SUPRIYANTHO KHAFID