TEMPO.CO, Bandung - Aksi mogok berjualan yang telah dilakukan pedagang daging sapi dan ayam beberapa waktu lalu memicu kekhawatiran Pemerintah Kota Bandung terhadap ketahanan pangan warga. Menurut Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, pihaknya sulit mengontrol harga bahan pangan lantaran segala macam hasil tani dan ternak terlalu diatur oleh produsen dari luar daerah.
Untuk menyiasati kekhawatiran langkanya bahan pangan ketika terjadi kenaikan harga, Pemkot Bandung berencana mencari suplier bahan pangan di luar Kota Bandung. Suplier tersebut nantinya hanya mengisi kebutuhan khusus Kota Bandung.
"Kita sedang mempersiapkan sistem dimana nanti Kota Bandung punya suplier daging ayam sendiri, nanti MoU dengan petani beras, daging bebek, sapi dan sebagainya," kata Ridwan Kamil di Balai Kota Bandung, Selasa, 25 Agustus 2015.
Ridwan Kamil berharap, ketika terjadi fluktuasi di pasar bahan pangan, Kota Bandung tidak akan terlalu besar terimbas. "Dengan tidak stabilnya kondisi pangan, kami tidak ingin Kota Bandung nantinya terombang-ambing dinamika fluktuasi pasar yang tidak bisa kita kontrol," ujarnya.
Sistem kerjasama dengan produsen bahan pangan yang akan dilakukan Pemkot Bandung ini diharapkan pula bisa memotong jalur distribusi. "Sedang dipersiapakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sehingga kita tenang dan tidak ada lagi gejolak rutinitas (mogok jualan). Supaya tidak riweuh kita harus punya sistem kendali ketahanan pangan sendiri, terlihat sepele padahal sangat fundamental," ucapnya.
Untuk saat ini, Pemkot Bandung tengah memetakan kebutuhan pokok di Kota Bandung yang paling krusial. Bukan tidak mungkin Pemkot Bandung akan membeli lahan dan aset di luar kota demi terwujudnya sistem tersebut.
"Dari belasan kebutuhan pokok itu sumbernya dimana kita datangi supaya ada komitmen harganya langsung dari produsen. Kita kerjasama langsung ke peternak tidak dengan pemerintah," tandasnya.
PUTRA PRIMA PERDANA