TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan, Winarno Tohir menuding pemerintah daerah kurang aktif mempersiapkan datangnya badai El Nino awal September. Padahal, dia mengatakan, tanda-tanda kekeringan sudah datang sejak tiga bulan yang lalu.
"Bantuan yang sudah kami terima semua datang dari pemerintah pusat," ujarnya ketika dihubungi, Senin, 10 Agustus 2015. Menurutnya, jikalau, pemerintah daerah lebih aktif dan bergerak cepat, tentu potensi kekeringan dapat ditekan.
Winarno mengatakan bencana yang diproyeksikan berlangsung hingga awal tahun depan ini tak bisa ditanggulangi pihaknya. Petani, ujarnya, sangat membutuhkan pertolongan pemerintah daerah maupun pusat.
"Tapi bantuan yang sudah terealisasi datangnya dari pemerintah pusat saja," katanya. Sebagai contoh, pemerintah pusat memberikan bantuan dua pompa air 12 inchi seharga Rp 260 juta yang berhasil menghidupkan kembali 11 ribu hektar lahan di Indramayu yang hampir kekeringan.
"Waktu Kementerian Pertanian datang, mereka sampai kaget kok tak ada bantuan dari Pemda," ujarnya. Dirinya terus berharap agar potensi bencana El Nino juga menjadi perhatian Pemda. Sebab musim kemarau tahun ini diprediksi sangat berat dengan lebih separuh tahun dilanda panas matahari.
Winarno mengatakan ada potensi 200 ribu hektar yang akan mengalami kekeringan karena badai El Nino mendatang. Daerah Jawa Barat, Sumatra Selatan, dan Lampung diprediksi menjadi daerah dengan dampak terburuk.
Namun, dirinya optimistis jumlah tersebut bisa ditekan dengan meskipun dengan upaya seadanya. "Kami akan coba selamatkan sebanyak yang kami bisa dengan manipulasi irigasi, pengalihan sungai, dan penampungan waduk," katanya.
ANDI RUSLI