TEMPO.CO, Lamongan - Sekitar 552 hektare lahan tanaman padi berumur rata-rata 60 hari di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, mengalami puso. Itu terjadi lantaran kekeringan yang melanda separuh lebih kecamatan dari total 27 kecamatan di kabupaten ini.
”Ya, kondisi sawahnya mengering,” ujar Totok, warga Kecamatan Kedungpring, pada Tempo, Sabtu, 1 Agustus 2015. Dia menyebut warga lebih memilih mendapatkan suplai air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Data Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan menyebutkan lahan yang kekeringan seluas 1.321 hektare ditanami padi dan jagung. Sedangkan luas tanaman yang rusak ada 552 hektare karena puso, 152 hektare kekeringan berat (sekitar 60 persen lebih), 389 hektare kekeringan ringan (sekitar 40 persen), dan ada 228 hektare kekeringan ringan (di bawah 25 persen).
Lokasi kekeringan berada di beberapa desa yang tersebar di empat kecamatan. Sawah terparah yang mengalami kekeringan berada di Kecamatan Kedungpring seluas 419 hektare, Kecamatan Solokuro 291 hektare, Kecamatan Bluluk 366 hektare, dan Kecamatan Modo 145 hektare.
Di Kecamatan Kedungpring--sekitar 55 kilometer arah barat daya Kota Lamongan, sawah sudah mengering. Bahkan sebagian tanah sawah dibiarkan pemiliknya kering dan pecah. Suplai air di daerah ini juga berkurang akibat sungai dan embung menyusut.
Biasanya, warga Kedungpring dan sekitarnya mendapat suplai air dari Waduk Prijetan. Namun stok airnya juga menyusut dan terbatas untuk pengairan sawah.
Untuk mengatasi krisis air dan kekeringan di lahan pertanian, Pemerintah Kabupaten Lamongan menerapkan sejumlah langkah. Di antaranya menganggarkan bantuan pompa air.
Menurut juru bicara Pemerintah Kabupaten Lamongan, Sugeng Widodo, Bupati Lamongan Fadeli juga telah menginstruksikan agar Dinas Pekerjaan Umum Pengairan untuk memanfaatkan waduk-waduk dan sungai yang masih terdapat cadangan air untuk dikelola sesuai keperluan. Seperti Bengawan Solo, Bengawan Jero, dan Kali Lamongan. Selain itu, Waduk Gondang, Waduk German, serta Waduk Jatiroto. “Intinya, Pak Bupati berpesan, pembagian air merata,” ujarnya pada Tempo, Sabtu, 1 Agustus 2015.
Sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum Pengairan melansir, terdapat 44 waduk dan rawa yang saat ini menyisakan 35.814.998 meter kubik atau 32,38 persen dari kapasitas maksimal 110.608.905 meter kubik.
Dari jumlah itu, 23 waduk sudah kering. Seperti Waduk Mojomanis dan Lopang di Kecamatan Kembangbahu; Waduk Takeran, Dukuh, Delikguno, dan Tuwiri di Kecamatan Tikung; Waduk Canggah di Kecamatan Sarirejo; serta Waduk Rande di Kecamatan Deket.
SUJATMIKO