TEMPO.CO, Denpasar - Tersangka pembunuh Angeline, Agustinus Tai Hamdani, membantah bahwa dia yang membunuh bocah cantik delapan tahun itu. Dalam pengakuan terbarunya kepada penyidik kepolisian, Rabu, 18 Juni 2015, ia menuding Margriet Christina Megawe yang membunuh Angeline, anak angkatnya sendiri.
Pengakuan itu terungkap melalui Haposan Sihombing, pengacara Agustinus. Bahkan, kata Haposan, Margriet juga mengancam Agus agar tidak menceritakan kejadian ini kepada siapa pun dan merahasiakannya. Jika pun kasus pembunuhan ini terungkap, Margriet meminta Agus mengaku sebagai pembunuh dan pemerkosa Angeline.
"Kalau nanti kasus pembunuhan ini ketahuan, Agus dijanjikan Rp 200 juta," ucap Haposan. Namun Agus menjawab tidak mau dan tidak membutuhkan uang. Margriet langsung mengancam akan membunuh Agus jika tidak mau menerima Rp 200 juta itu. "Kalau tidak mau menerima, ia akan 'berakhir' di Bali."
Kepala Desa Rambangaru, Umbu Terapang, yang dihubungi Tempo dari Kupang tidak yakin Agustinus adalah pembunuh. Agustinus, kata Umbu, dikenal sebagai anak yang baik, penurut, dan rajin. "Keluarganya tidak yakin Agus membunuh Angeline," kata Umbu, Jumat, 19 Juni 2015.
Walau tinggal jauh dari keluarganya yang miskin, Agustinus selalu mengingat ibu dan saudaranya. Agustinus telah mengirimkan barang kepada keluarga sebanyak dua kali. "Dua kali dia mengirimkan barang kepada keluarganya," ujar Umbu.
Selama berada di kampung, Agustinus dan keluarganya tinggal di rumah tak layak huni bersama ibu dan sembilan saudaranya. "Rumah mereka hanya berukuran 4x6 dan tak layak huni," kata Umbu. Menurut dia, kondisi rumah Agus sangat memperihatinkan, apalagi mereka berasal dari keluarga miskin.
Rumahnya hanya beratap seng dari bantuan pemerintah. Rumahnya berbentuk panggung dengan lantai dari batang bambu, sedangkan dinding dari anyaman daun kelapa atau rumbia, dan berlantai kayu. Kondisi kamar tidur juga sangat memprihatinkan karena terbuat dari bekas sak semen dan anyaman daun kelapa.
Dalam rumah yang tak layak huni itu masih menetap ibu Agustinus, Kandokang Madi, bersama delapan saudaranya. Sedangkan kakak Agus sudah memiliki rumah sendiri yang terletak tidak jauh dari kediaman Agus. "Kakaknya sudah berkeluarga, sehingga tinggal di rumah sendiri. Jadi masih delapan orang dalam rumah kecil itu."
YOHANES SEO | AVIT HIDAYAT