TEMPO.CO, Semarang - Sebanyak 136 sungai di hampir semua kota di Jawa Tengah telah tercemar. “Termasuk Bengawan Solo, Banjir Kanal di Semarang. Kondisi sungai di semua kawasan industri semuanya parah,” kata pakar lingkungan dari Universitas Diponegoro Semarang, Sudarto, pada persiapan kongres Sungai di Semarang, Kamis, 11 Juni 2015.
Pencemaran berasal dari limbah industri dan limbah domestik dari permukiman. Padahal, katanya, sudah banyak industri di Jawa Tengah yang memiliki instalasi pengolahan air limbah. “Tapi tidak melakukan audit lingkungan,” ujarnya. Menurut Sudarto, mestinya negara menghukum industri yang mencemari sungai.
Adapun masyarakat yang menghasilkan limbah domestik tak punya kesadaran mengolah limbah. Akibatnya, “Efek pencemaran sungai di Jateng semakin banyak,” kata Sudarto. Air sungai pun tak bisa digunakan, sehingga merugikan masyarakat di sekitar aliran sungai.
Panitia Konggres Sungai Indonesia 2015, Wahyudi Mukti menyatakan kondisi sungai yang tercemar itu menjadi alasan ia bersama sejumlah kelompok peduli lingkungan menggelar konggres sungai di Banjarnegara, Jawa Tengah, pada 26 hingga 30 Agustus 2015. “Kami prihatin karena kondisi sungai di Indonesia telah kritis,” kata Wahyudi.
Menurut dia, sungai saat ini telah terpinggirkan dari perspektif pembangunan masyarakat. “Konggres sungai ini sebagai sarana bagi para pihak guna mengkonsolidasikan pikiran dan merancang strategi penyelamatan sungai,” kata Wahyudi.
Dia menjelaskan, ada enam agenda kajian mengenai sungai yang dibahas dalam kongres itu, antara lain memetakan masalah dan tantangan pengelolaan sungai, mengkonsolidasikan pengalaman kerja praktik berbasis sungai, merumuskan peradaban sungai sebagai sendi kemaritiman, serta membangun jejaring kerja masyarakat sugai Indonesia.
EDI FAISOL