TEMPO.CO, Cilacap - Perempuan itu tidak henti-hentinya menyeka air mata. Sapu tangan putihnya basah. Kesedihannya tak bisa ditutupi sejak ia tiba di dermaga penyeberangan Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah.
Ini bukan pertama kalinya Celia Veloso datang. Sejak notifikasi eksekusi mati putri bungsunya, Mary Jane Veloso, dibacakan, setiap hari ia datang ke Nusakambangan. Namun berbeda pada Senin, 27 April 2015. Celia Veloso mulai kesulitan mengunjungi Mary Jane di Lembaga Pemasyarakatan Besi.
Berdiri di depan gerbang dermaga, Celia Veloso ditemani anak lelakinya, Christopher Veloso, dan pendampingnya dari Migrante Filipina, Conni Bragas Regalado. Sesekali anak lelakinya menyeka wajah dan punggung Celia dengan handuk kuning. Mereka kembali menyerukan permohonan kepada Presiden Joko Widodo untuk memberi kesempatan kedua bagi Mary Jane.
Dalam bahasa Tagalog yang diterjemahkan Conni, Celia Veloso mengatakan anaknya tidak bersalah. Ia hanyalah buruh migran yang dimanfaatkan sebagai kurir tanpa tahu apa-apa. Celia mengatakan anaknya adalah perempuan sederhana dan sangat mencintai keluarga.
Mary Jane dan suaminya tinggal di kota berbeda setelah mereka berpisah. Dua anak lelaki mereka tinggal bersama Mary Jane dan menjadi tanggungan ibu muda itu. Meski berpisah, mereka tetap terikat sebagai suami-istri—hukum Filipina tidak mengenal perceraian. Mayoritas penduduk Filipina yang memeluk agama Katolik menjadikan hukum di sana anti-perceraian.
Mary Jane yang akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia ditangkap pada 25 April 2010 di Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Ia ditangkap setelah ditemukan heroin seberat 2,5 kilogram dalam kopernya. Celia memohon diberi kesempatan agar pihaknya dapat membuktikan bahwa tas berisi heroin tersebut bukan milik Mary Jane karena anaknya itu hanyalah korban.
Permintaan terakhir Mary Jane adalah ditemani keluarga, termasuk suaminya, hingga hari menjelang eksekusi. Ayah, ibu, kakak, suami, dan kedua anaknya tidak putus-putus mengunjungi perempuan 30 tahun itu. Setelah peninjauan kembalinya ditolak, usaha hukum pihak Mary Jane telah berakhir. Satu-satunya harapan adalah keputusan Presiden Joko Widodo untuk membatalkan hukuman mati.
Dalam bahasa Tagalog, Celia berulang kali menyebut Mister Presiden Joko Widodo. Ia menggantungkan harapan besar pada belas kasih Presiden. Celia Veloso, dengan air mata yang terus berurai, akan tetap berjuang hingga napas terakhir putrinya.
VENANTIA MELINDA
VIDEO TERKAIT: