TEMPO.CO , Lumajang: Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang menyebutkan 14 ribu kepala keluarga bakal mengalami krisis air bersih pada musim kemarau mendatang. Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang, Hendro Wahyono mengatakan dalam sepekan hingga dua pekan mendatang, Lumajang akan mulai memasuki musim kemarau.
Hendro mengatakan berdasarkan perkiraan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur, Kabupaten Lumajang termasuk salah satu daerah yang akan mengawali masuk musim kemarau. "Mei mendatang ini diperkirakan mulai masuk musim kemarau," kata Hendro, Senin, 27 April 2015.
Daerah rawan kekeringan di Kabupaten Lumajang ini tersebar di enam kecamatan yang berada di kawasan utara Lumajang. Enam kecamatan itu antara lain, Kecamatan Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Randuagung, Padang, dan Gucialit.
Terdapat 76 dusun di 27 desa yang tersebar di enam kecamatan itu yang diperkirakan mengalami kekeringan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 14.852 atau 41.641 jiwa. Hendro mengatakan pihaknya telah menyiapkan rencana pengiriman air bersih di sejumlah desa yang akan mengalami kekeringan ini.
BPBD Lumajang memiliki 3 unit mobil tangki air dengan kapasitas perunitnya sekitar 5 ribu liter. "Kami rencananya melakukan pengiriman hingga 15 rit (kali) setiap hari," kata Hendro.
Kalaupun masih kurang, BPBD bisa mengupayakan bantuan dari instansi lain. Hendro mengatakan pihak desa yang mengeluhkan kekurangan air bersih diminta untuk melaporkan ke pihak kecamatan. "Kecamatan yang nantinya mengesahkan," kata Hendro.
Setelah itu, BPBD mendistribusikan air bersih ini. Distribusi air ini, kata Hendro, baru diprioritaskan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga saja. "Yang diprioritaskan baru untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga saja," kata Hendro.
Sedangkan untuk kebutuhan rumah ibadah, kata Hendro, masih akan dipertimbangkan lagi untuk pemenuhannya. Kendati sudah mendekati kemarau, pihaknya belum menerima laporan ihwal kekurangan air bersih. "Mungkin masih tercukupi dari tadah hujan," kata Hendro.
Sementara untuk beberapa daerah lain, sudah ada jaringan perpipaan air bersih dengan metode dongki.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TEMPO, kawasan utara Kabupaten Lumajang setiap tahun dipastikan bakal mengalami krisis air bersih. Dan setiap tahun ribuan kepala keluarga di kawasan ini bergantung pada pasokan air dari pemerintah. Upaya pengeboran sumur memerlukan biaya yang sangat besar. "Air baru didapatkan dengan melakukan pengeboran sampai sedalam 125 meter," kata Paryono, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Lumajang, Senin, 27 April 2015.
DAVID PRIYASIDHARTA