TEMPO.CO, Malang - Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Malang melakukan upaya deteksi dini gerakan radikalisme. Termasuk gerakan pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) masuk ke Malang.
Lantaran salah seorang terduga pendukung ISIS, Achmad Junaedi, merupakan warga Desa Sumbertangkil, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. "Seluruh kader diinstruksikan untuk mendeteksi awal gerakan radikal," kata Ketua GP Ansor Kabupaten Malang Hasan Abadi, Sabtu, 28 Maret 2015.
Namun Ansor maupun Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dilarang bergerak sendiri. Mereka harus berkoordinasi dengan pimpinan cabang GP Ansor Kabupaten Malang dan aparat penegak hukum setempat. GP Ansor, katanya, dilatih untuk mendeteksi dan menangkal gerakan radikal.
Selain itu, mereka juga diturunkan untuk berdakwa Islam rahmatan lil alamin khas Nahdlatul Ulama. "Mereka juga agen kita di masyarakat untuk menyuarakan Islam rahmat bagi kita semua," ujarnya.
Selain itu, para ulama jug berperan untuk memberikan pemahaman mengenai Islam yang benar sesuai Al-Quran dan hadis. Ulama dan kiai, katanya, akan dilibatkan dalam mempertebal keimanan masyarakat. Agar mereka tak terpengaruh dengan ajakan pemahaman Islam radikal.
Achmad Junaedi merupakan salah satu terduga pendukung ISIS yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Junaedi mengikuti pelatihan militer di Camp Harary ISIS di Suriah.
Dia dilatih secara militer merakit bom dan bongkar-pasang senjata. Juragan bakso ini mengikuti pelatihan selama enam bulan. Kini, Junaedi bersama Helmi Alamudin, warga Karangbesuki, Kota Malang, dan Abdul Salim Munabari, warga Kasin, Kota Malang, masih dimintai keterangan penyidik.
Mereka ditahan di markas Brigade Mobil Detasemen B Polda Jawa Timur di Ampeldento Malang. Ketiganya berperan merekrut dan mengirim warga Kota Malang ke Suriah bergabung dengan ISIS. Total mereka telah merekrut sebanyak 18 orang untuk berangkat ke Suriah.
EKO WIDIANTO