TEMPO.CO, Jakarta - Popularitas Presiden Joko Widodo nyaris tenggelam dalam beberapa pekan terakhir. Direktur Polical Wave, Jose Rizal, menjelaskan penurunan popularitas itu terpantau dalam jagad perbincangan dunia maya dan pemberitaan di sejumlah media massa. "Obrolan Ahok dan Lulung jauh lebih seksi," ujarnya ketika dihubungi, Selasa, 17 Maret 2015.
Menurut Jose, penurunan itu disebabkan Jokowi lebih banyak bergulat dengan isu yang kurang populis. Bagi banyak orang, kata dia, rencana pembuatan waduk raksasa di Aceh dan kunjungan ke sejumlah lahan pertanian di Ponorogo dianggap kurang menarik. "Saya rasa Jokowi lebih menekankan urusan kerja ketimbang imej," katanya.
Strategi itu jauh berbeda dengan pemerintahan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di era itu SBY mampu memainkan ruang perbincangan publik dengan baik. Strategi itu didukung keberadaan juru bicara dan jajaran staf presiden yang memiliki fungsi komunikasi ke luar. "SBY memiliki perangkat komunikasi yang komplit," ujarnya.
Selain itu, kata Jose, penurunan popularitas itu juga ikut dipicu oleh kondisi Dewan Perwakilan Rakyat. Jadwal reses yang berlangsung hampir satu bulan itu membuat fungsi kontrol DPR tak banyak tercover oleh pemberitaan media.
"Meski para elite politik terus menjalin komunikasi politik, dinamika itu tidak banyak berpengaruh terhadap presiden," katanya.
RIKY FERDIANTO