TEMPO.CO, Lebak - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi menyatakan pihaknya telah menyiapkan perahu karet dan rakit bambu bagi warga yang hendak melintasi Sungai Ciherang setelah jembatan yang melintang di atas sungai itu putus pada Selasa, 10 Maret 2015. "Kami telah menyiapkan perahu karet dan rakit sampai jembatan tersebut kembali diperbaiki," ujar Kaprawi.
Jembatan gantung yang menghubungkan Kampung Sinday, Desa Pajagan, Kecamatan Sajira, dengan Kampung Pasir Eurih, Desa Tambak, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, itu putus saat dilintasi 46 warga. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, tapi seluruh warga yang saat itu melintas, yang didominasi anak sekolah dasar, mengalami luka-luka.
Putusnya jembatan itu menyebabkan 500 kepala keluarga terisolasi. Kepala Desa Tambak, Pahrudin, mengatakan aktivitas warga terhambat karena jembatan gantung itu adalah jalur utama bagi mereka.
"Dari sekitar 1.002 kepala keluarga warga Desa Tambak, ada sekitar 500 kepala keluarga atau empat kampung yang aktivitasnya tersendat. Banyak warga yang ingin ke pasar untuk menjual hasil bumi terganggu," ujar Pahrudin, Kamis, 12 Maret 2015.
Pahrudin mengatakan Desa Tambak terdiri atas delapan kampung, yakni Cigarugkak, Polad, Nunggul, Baketruk, Nanceng, Belahayang, Kadu Luhur, dan Pasir Eurih. Desa tersebut mempunyai 15 rukun tetangga dan 6 rukun warga.
Dia berharap pemerintah segera memperbaiki atau membangun kembali jembatan tersebut. "Bagi warga empat kampung, yaitu Baketruk, Polad, Cigarugrak, dan Pasir Eurih, jembatan ini merupakan satu-satunya jalan alternatif. Kalau ke arah Cimarga, warga keempat desa itu harus menempuh waktu sekitar dua jam," katanya.
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya berjanji segera memperbaiki jembatan gantung tersebut. "Pemda Lebak tetap akan memberikan bantuan stimulan untuk memperbaiki jembatan gantung ini agar warga bisa tetap beraktivitas dan anak-anak bisa tetap sekolah," ujar Iti.
WASI'UL ULUM