TEMPO.CO, Malang - Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta bantuan ulama dan kiai untuk menangkal ISIS di Jawa Timur. Kiai dan ulama turun tangan setelah sembilan warga Surabaya diduga bergabung dengan ISIS melalui Turki. "Kiai akan berusaha membendung faham yang tak sesuai dengan akidah," kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf di Malang, Rabu 11 Maret 2015.
Salah satunya melalui Muktamar NU di Jombang 1-5 Agustus 2015. Dari Muktamar dengan tema Islam nusantara untuk membangun peradaban ini, kata Saifullah, diharapkan Islam nusantara menjadi kiblat atau jadi model Islam dunia. Islam nusantara, ujar Saifullan Yusuf, adalah Islam Indonesia yang rahmatan lil alamin. Dengan pendekatan ketenangan, kedamaian dan toleransi.
"Islam nusantara bisa berdampingan dengan kearifan lokal," katanya. Jika damai maka umat Islam bisa beribadah, belajar dan beraktivitas dengan aman. Sedangkan daerah yang berkonflik adalah negara Islam. Menurutnya, Indonesia juga ada kesempatan menjadi negara Islam namun pendiri bangsa memilih menjadi negara kebangsaan.
Muktamar akan dihadiri 5.000 peserta dengan 50 ribu penggembiran. Gus Ipul menyampaikan seluruh organisasi Islam akan dikerahkan untuk membentengi umat Islam. Jika perlu ulama dan mubalik juga diturunkan langsung ke masyarakat. Tujuannya untuk membendung dan membentengi umat muslim agar tak tertarik bergabung dengan ISIS.
"Masih belum jelas apakah mereka bergabung ISIS. Untuk kepastiannya menunggu Kementerian Luar Negeri," katanya. Sementara, sembilan dari 16 warga negara Indonesia yang hilang di Istanbul, Turki, merupakan warga Kota Surabaya.
Sembilan orang warga Surabaya di antaranya Ustman Mustofa Mahdamy warga Jalan Ampel Cempaka Nomor 7-7A. Yang kedua satu keluarga yang terdiri dari Jusman Ary Sandy dan istrinya Ulin Isnuri Soejoto beserta empat orang anaknya yang bernama Humaira Hafshah Jusman, Urayna Hafshah Jusman, Aura Kordova Jusman, Dayyan Akhtar Jusman. Mereka merupakan warga Kedung Sroko Gang 7 Nomor 28. Kedelapan adalah Soraiyah Cholid Abu Bakar, warga Jalan Ampel Melati. Dan yang kesembilan adalah Salim Muhamad Attamimi warga Jalan Kalimas Hilir.
EKO WIDIANTO