TEMPO.CO, Kendari - Aksi unjuk rasa ratusan warga Desa Polara dan Tondongito, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara di perusahaan pertambangan PT Derawan Berjaya Mining berujung ricuh, Senin, 9 April 2015.
Warga membakar sejumlah fasilitas, mulai dari kompleks kantor sampai peralatan produksi. Namun perilaku anarkistis ini tidak sampai menimbulkan jatuhnya korban jiwa.
Dari informasi yang dihimpun Tempo, suasana di lokasi pertambangan masih mencekam. Karyawan perusahaan yang sudah berdiri selama sembilan tahun di Wawonii Tenggara itu kocar-kacir menyelamatkan diri meninggalkan pabrik.
Amuk warga di kompleks pertambangan Derawan Berjaya Mining tersebut dipicu oleh penolakan terhadap kegiatan perusahaan yang dinilai sudah menimbulkan dampak negatif berupa rusaknya lingkungan.
"Kami terancam, kondisi lingkungan kami sudah tidak nyaman lagi. Sekarang ini pengikisan pantai, bisa jadi perkampungan akan rusak," ungkap salah seorang pengunjuk rasa yang enggan menyebutkan namanya.
Menurut dia warga Polara dan Tondongito resah dengan kehadiran perusahaan pertambangan pasir crom ini. Perusahaan yang semula diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan warga ini, kata dia, ternyata hanya memberikan dampak buruk berupa rusaknya lingkungan.
"Janji kepada masyarakat tak kunjung ditepati. Sudah delapan tahun perusahaan tinggal di tempat ini, tapi hak-hak yang diminta masyarakat tidak dipenuhi," ujarnya.
Kapala Kepolisian Sektor Waworete, Wawonii Tenggara, Inspektur Dua La Ondo mengatakan awalnya unjuk rasa warga bertujuan menagih janji perusahaan terhadap penyediaan listrik, air bersih dan beasiswa itu berlangsung tertib. Demonstrasi itu sudah ketiga kalinya dilakukan warga.
"Demo awalnya berlangsung aman, warga bernegosiasi di depan pintu dengan saptam. Tiba-tiba dari arah pinggir laut ada 30 orang pakai topeng langsung menyerbu dan membakar perusahaan," ujar La Ondo.
Menurut La Ondo, demonstran membakar tiga unit eskavator, enam unit dump truck roda delapan, dan dua mesin pembangkit listrik. Kompleks perusahaan yang turut dirusak warga rata dengan tanah dan sebagian smelter terbakar.
Aksi warga tidak bisa dicegah lantaran personil keamanan sangat minim. "Personil baru tiba dari Kendari terdiri Brigade Mobil dan TNI Angkatan Laut," kata dia.
ROSNIAWANTY FIKRI