Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Duh, Malu Belum Iuran Rp 10 Ribu, Siswa Tenggak Racun

image-gnews
REUTERS/Jason Lee
REUTERS/Jason Lee
Iklan

TEMPO.CO, KONAWE--Ardian  (bukan nama sebenarnya), 17 tahun,  terbaring lemah di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Sulawesi Tenggara, kemarin. Napasnya pelan. Selang infus terpasang di tangan kanannya. Siswa sebuah sekolah menengah atas di   Kabupaten Konawe Selatan  ini menjalani perawatan setelah menenggak racun serangga, Senin lalu.

"Maaf, kak, saya tidak bisa banyak bicara, dengan mamaku saja," kata Ardian  dengan nada pelan kepada Tempo, kemarin siang . Sang ibu, Nurma  (juga bukan nama sebenarnya),  47 tahun, yang mendampingi, mengaku tidak menyangka anaknya  akan berbuat nekat. “Mungkin malu kepada temannya karena belum membayar iuran kebersihan Rp 10 ribu," ujarnya.

Nurma mengakui kondisinya pas-pasan. Nurma  hanya berprofesi sebagai buruh kebun merica dan nilam dengan penghasilan Rp 25 ribu per hari. Padahal, dia menuturkan, tidak setiap hari ada pekerjaan. Sementara itu, suaminya bekerja menjadi TKI di Malaysia sejak tujuh bulan lalu. Sang suami baru mengirim uang tiga kali dan hanya cukup untuk makan. Apalagi Nurma  masih memiliki dua putra yang harus dibiayai. "Saat dia minta uang, saya bilang belum ada uang. Besok saja," ujar Nurma.

Ia juga menduga anaknya mendapat tekanan dari gurunya sehingga berbuat nekat. Beberapa kali, dia mendapat teguran dari guru karena sering tak masuk sekolah. Sang ibu mengatakan putranya membolos karena terlalu capai, sehari sebelumnya ia ikut membantu bekerja di kebun. Apalagi jarak sekolah yang ditempuh mencapai 6 kilometer dengan berjalan kaki. "Salah satu guru mengancam akan mengeluarkannya," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kata ibunya,  Ardian adalah anak yang pintar dan berbakti. Salah satunya, dia mendapatkan beasiswa dari sekolah Rp 500 ribu per bulan.  Kepala Bidang Madrasah Kementerian Agama Sulawesi Tenggara, Samsuri, mengatakan sekolah membantah adanya pungutan itu. Menurut Samsuri, kepala sekolah mengakui adanya teguran kepada  Ardian karena telat mengikuti upacara bendera.

Dia sempat diminta tetap berada di luar sekolah sampai upacara selesai. Baru kemudian Ardian  masuk kelas. "Beberapa saat kemudian, dia minta izin keluar. Setelah itu, siswa dan guru mendapati Ardian  tersungkur dengan mulut berbusa," ujar Samsuri yang telah meminta keterangan sang kepala sekolah dan guru soal kasus itu.

ROSNIAWANTY  FIKRI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tokopedia Luncurkan Layanan Bayar SPP Lewat Warung Mitra Tokopedia

18 Februari 2022

Bayar biaya pendidikan di Mitra Tokopedia. Foto/Dok.tokopedia
Tokopedia Luncurkan Layanan Bayar SPP Lewat Warung Mitra Tokopedia

Masyarakat bisa membayar biaya pendidikan atau SPP melalui warung atau toko terdekat yang ada di ekosistem Mitra Tokopedia.


Gubernur Ridwan Kamil Akan Gratiskan SPP SMA/SMK di Jawa Barat

18 Juni 2019

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat rapat koordinasi terkait implementasi integrasi pajak pusat dan daerah di Provinsi Jawa Barat, di Gedung Sate, Bandung pada Selasa, 18 Juni 2019. (Dok. Pemprov Jawa Barat)
Gubernur Ridwan Kamil Akan Gratiskan SPP SMA/SMK di Jawa Barat

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, sedang menyiapkan program menggratiskan pembayaran SPP untuk SMA/SMK.


Rahmat Effendi: SPP SMA Negeri di Bekasi Lebih Mahal dari Swasta

8 Agustus 2017

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Rahmat Effendi: SPP SMA Negeri di Bekasi Lebih Mahal dari Swasta

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengungkapkan biaya SPP siswa SMA/SMK negeri di wilayahnya menjadi lebih mahal dari sekolah swasta.


Awalnya Gratis, SMA 17 Surabaya Sanksi Siswa Tak Bayar SPP  

22 Januari 2017

Ilustrasi - Suasana belajar di laboratorium komputer Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 57, Jakarta, 18 September 2007. [TEMPO/ Ramdani; RD2007091802] (KOMUNIKA)
Awalnya Gratis, SMA 17 Surabaya Sanksi Siswa Tak Bayar SPP  

"Kami sudah mengingatkan kepala sekolah mencabut sanksinya. Sudah enggak zaman ada sanksi-sanksi begitu," ujar dia.


Orang Tua Siswa SD Adukan 'Uang Pagar' ke DPRD  

17 Februari 2015

Suasana belajara siswa kelas 1 sampai 5 SDN Lebakwangi saat belajar di GOR Desa Lebakwangi, karena gedung sekolahnya disita pemilik lahan, 6 Januari 2015. Sengketa lahan antara ahli waris dan pemerintah kabupaten terus berlarut, hingga memaksa 270 murid bersekolah di GOR dan ruang BPD kantor desa. TEMPO/Prima Mulia
Orang Tua Siswa SD Adukan 'Uang Pagar' ke DPRD  

Setiap siswa dipungut iuran pembangunan pagar sekolah sebesar Rp 250 ribu.


Aliansi Orang Tua: Batalkan Iuran di Sekolah  

26 September 2011

Aliansi Orang Tua: Batalkan Iuran di Sekolah  

"Pungutannya, kan, tidak resmi. Dinas itu jangan lepas kontrol."


Uang Masuk SMU 68 Mencapai Rp 35 Juta  

14 Juli 2010

Sejumlah calon siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) mengisi formulis pendaftaran Peserta Didik Baru di  Jakarta (28/6). TEMPO/Aditia Noviansyah
Uang Masuk SMU 68 Mencapai Rp 35 Juta  

Kepala Sekolah SMA Negeri 68 Pono Fadlullah mengakui jika uang masuk sekolah yang dipimpinnya lebih mahal ketimbang sekolah negeri lainnya.


Masih Ada Pungutan di Sekolah

10 Juli 2010

Masih Ada Pungutan di Sekolah

Pungutan ini diambil dari para siswa yang baru saja naik kelas.


Kayong Utara Gratiskan Sekolah Hingga SMA

28 Mei 2010

Kayong Utara Gratiskan Sekolah Hingga SMA

Mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, di Kayong ini kita gratiskan. Mulai dari uang masuk, SPP, buku dan baju seragam sekolah semua disubsidi. Sumber daya manusia (SDM) di Kayong cukup memprihatinkan,, kata Bupati Kabupaten Kayong Utara kepada Tempo, Jumat (28/5).


Kepala Sekolah yang Tahan Rapor Siswa Dimutasi ke Pinggiran

19 Januari 2010

Kepala Sekolah yang Tahan Rapor Siswa Dimutasi ke Pinggiran

Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Jepara, Riyanto, dimutasi ke sekolah pinggiran menyusul tindakannya yang menahan rapor Ayu Amelia, pelajar kelas 7 karena belum melunasi uang pembangunan.