TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Wahid Institute Yenny Wahid menyarankan agar Presiden Joko Widodo tidak menggubris komentar Front Pembela Islam (FPI) ihwal perayaan Natal. "Presiden tidak usah dengarkan FPI," kata Yenny kepada Tempo, Sabtu, 20 Desember 2014. (Syafii Maarif: Selamat Natal seperti Selamat Pagi)
Menurut Yenny, merayakan Natal bagi Presiden Indonesia --meski beragama Islam-- adalah sebuah tradisi tahunan. Kehadiran presiden pada hari raya itu dinilai sebagai bentuk pengayoman seorang pemimpin negara terhadap rakyatnya. "Itu diatur, lho, di konstitusi," katanya. (Ansor NU akan Menjaga Ibadah dan Perayaan Natal)
Putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid ini menilai wajar ketika presiden ikut merayakan hari raya salah satu agama yang diakui oleh negara, baik Idul Fitri, Waisak, atau pun Natal. "Tidak membuat keyakinan luntur. Ini bentuk pengayoman saja. Memang FPI luntur, ya, keyakinannya bila memberikan ucapan selamat Natal," Yenny mempertanyakan.
Presiden Joko Widodo diagendakan menghadiri perayaan Natal nasional di bumi cendrawasih, Papua, 27 Desember 2014. Ketua Dewan Syura FPI Misbachul Anam meminta Presiden Joko Widodo tidak mengucapkan selamat Natal. Bila dilanggar, kata Misbach, Jokowi bisa masuk kategori murtad.
MITRA TARIGAN
Terpopuler:
Kasus Lumpur Lapindo, Desmond: Jokowi Sandera Ical
FPI Siap Amankan Natal, Asalkan...
Jokowi Bantu Lapindo, Ruhut: Ical Harus Tahu Diri