TEMPO.CO, Yogyakarta - Kelompok masyarakat sipil dan kampus di Yogyakarta tetap akan memutar film dokumenter Senyap (The Look of Silence) karya sutradara Joshua Oppenheimer walau diancam. Sebelumnya, mereka mendapat ancaman pembubaran pemutaran film dari organisasi kemasyarakatan yang mengatasnamakan Forum Umat Islam (FUI) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pernyataan itu dikemukakan penyelenggara pemutaran film yang sudah memutar film tetapi dibubarkan dan yang tengah berencana memutarnya.
Baca Juga:
"Kami hanya menunda. Tidak ada alasan untuk meniadakan pemutaran," kata Sekretaris Umum Gerakan Literasi Indonesia (GLI) Sofwan Hadi kepada Tempo, Kamis, 18 Desember 2014.
Menurut Sofwan, GLI berencana memutar film Senyap di Asrama Aceh di Yogyakarta pada 19 Desember sore. Lantaran pemutaran film di empat lokasi pada 16-17 Desember lalu telah dibubarkan polisi dan ormas, GLI memutuskan menunda pemutaran itu.
Keempat lokasi pemutaran film tersebut yakni Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta pada 16 Desember yang dibubarkan polisi serta Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta, dan Kafe Memoar di Sleman yang dibubarkan ormas pada 17 Desember petang.
"Kami akan menjadwal ulang waktu dan tempatnya. Mungkin pesertanya nanti terbatas," kata Sofwan.
Penundaan juga dilakukan Lembaga Pers Mahasiswa Literasia Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Sebelumnya, lembaga kampus itu berencana memutar film tersebut pada 20 Desember mendatang di halaman sekretariatnya. "Jadwal mundur. Yang diundang internal LPM-LPM di UII saja," kata Pemimpin Redaksi Literasia Shalahudin.
Jadwal pemutaran film Senyap sejumlah lembaga tersebut beredar luas di tengah masyarakat. Penyebaran jadwal pemutaran film itu dilakukan FUI, yang menyertakan ancaman dan ajakan pembubaran dalam pesan yang dikirim lewat broadcast. (Baca : Nobar Film Senyap Distop, NU: Sikil Ketemu Sikil )
Alasan pembubaran yang dicantumkan dalam pesan tersebut adalah film itu dianggap sebagai cara komunis menyusupkan ide-idenya melalui jurnalis, mahasiswa, dan masyarakat sipil lain. "Dugaan kami, ormas itu dapat jadwal setelah membuka web filmsenyap.com," kata Sofwan.
Baik GLI maupun Literasia menyatakan tidak akan meminta polisi menjaga keamanan mereka saat pemutaran film nanti. Shalahudin memilih meminta perlindungan dari otoritas kampus. "Kalau perlu, kami akan mengajak ormas yang datang untuk diskusi bareng," kata Shalahudin. GLI menegaskan, isi film itu tidak seperti yang ditudingkan ormas tersebut. "Ormas itu konyol! Film itu biasa saja. Enggak ada materi yang ditudingkan itu," kata Sofwan.
PITO AGUSTIN RUDIANA
BeritaTerpopuler
Begini Pembubaran Nonton Film Senyap di AJI Yogya
'Titiek Soeharto Tak Pantas Jadi Ketua PMI'
JK Ketua Umum PMI, Titiek: Saya Tetap Menang
Ditanya Rekening Gendut, Aher: Saya Enggak Punya!