TEMPO.CO, Sidoarjo - Teguh Harianto, sopir Bus Harapan Jaya, mengatakan melarikan diri ke Pasar Wonokromo, Surabaya, seusai kecelakaan karena takut dihajar oleh massa. Bus yang mengangkut 35 orang penumpang itu terguling di tikungan Jalan Raya Waru Sidoarjo, Rabu lalu. Tujuh orang tewas dalam kecelakaan ini. "Tanpa berpikir panjang saya jalan kaki dari lokasi kejadian ke Pasar Wonokromo, Surabaya," kata Teguh di Mapolres Sidoarjo, Jumat, 17 Oktober 2014. (Baca: Sopir Bus Maut Harapan Jaya Menikung Pakai Gigi 5)
Dia bersembunyi di Pasar Wonokromo itu selama satu malam menghindar dari kejaran polisi. Dia tidur di pasar yang banyak pedagang kaki lima itu. "Di Pasar Wonokromo satu malam lalu pindah-pindah," katanya.
Selama masa pelariannya itu, kata Teguh, dia selalu berpindah daerah supaya jejaknya tidak diketahui polisi. Baginya, di mana pun tempat dan daerahnya akan ditempati asalkan selamat dari kejaran polisi. "Jadi saya sengaja pindah-pindah persembunyian," katanya dengan tanpa menyebutkan tempat-tempat yang menjadi persembunyiannya selama buron.
Selain itu, Teguh menyempatkan diri ke klinik untuk mengobati tangan kanannya yang lecet dan memar seusai kecelakaan. "Saya juga masih trauma dengan kecelakaan itu, makanya menenangkan diri dulu," katanya.
Setelah sadar dan tidak trauma, dia menyerahkan diri kepada Polsek Kota Kediri untuk diadili. Dia merasa bersalah karena telah mengakibatkan tujuh nyawa tewas. "Semoga ini jalan terbaik buat saya," ujarnya. (Baca: Sopir Bus Maut Harapan Jaya Dijuluki Power Ranger)
Teguh menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban yang meninggal dan korban luka-luka, karena kecelakaan itu tidak pernah dia sangka sebelumnya. "Jadi saya minta maaf kepada semuanya," katanya.
MOHAMMAD SYARRAFAH
Berita Lain
Pelantikan Jokowi, 30 Truk Relawan Subang Datang
Untuk Soal Ini, Jokowi Tolak Permintaan Prabowo
Prabowo Beri Hormat, Jokowi Membungkuk