TEMPO.CO, Jakarta - Saksi meringankan bagi terdakwa korupsi lahan makam di Desa Antajaya, Kecamatan Tanjungsari, Bogor, menyebut Syahrul Raja Sempurnajaya terbiasa hidup mewah sejak remaja. Koko Naya Subrata, rekan terdakwa sejak kuliah di Universitas Padjajaran, mengatakan Syahrul sudah menggunakan mobil saat datang ke kampus.
Menurut Koko, gaya hidup mahasiswa pada 1970-an dengan mengendarai mobil saat ke kampus merupakan hal wajar bagi mahasiswa dari keluarga ekonomi menengah ke atas. "Namun bagi kami mahasiswa biasa, membawa mobil ke kampus adalah sebuah kemewahan," kata Koko di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu, 8 Oktober 2014. (Baca: Kasus Izin Makam Bogor, Syahrul Didakwa Nyuap 3 M)
Syahrul Raja Sempurnajaya merupakan terdakwa korupsi pengadaan lahan pemakaman di Bogor pada 2012. Syahrul merupakan bekas Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Kementerian Perdagangan.
Komisi Pemberantasan Korupsi juga menetapkan tersangka lain dalam kasus ini, yakni Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bogor Iyus Djuher, Direktur dan Direktur Utama PT Garindo Perkasa Nana Supriatna, dan Sentot Susilo. (Baca: Kasus Bappebti, KPK Periksa Hayono Isman )
Menurut Koko, persahabatannya dengan Syahrul itu membuat dia diperkenalkan bekas Kepala BAPPEBTI ini dengan Ida Nurraida, Komisaris Utama PT Garindo Perkasa. Saat itu, kata Koko, Ida menghubungi dirinya dan mengaku butuh investasi untuk proyek pembelian lahan makam. Akhirnya, Koko memperkenalkan Ida dengan Syahrul.
Pertemuan Ida dan Syahrul tersebut menjadi cikal bakal rekayasa nilai proyek lahan makam di Bogor. Lahan seluas 50 hektare yang semula dibanderol dengan harga Rp 50 miliar akhirnya dipecah menjadi luas yang lebih kecil agar menarik investor. (Baca: KPK Larang Bos PT Bursa Berjangka ke Luar Negeri)
RAYMUNDUS RIKANG
Baca juga:
Pria Bunuh Diri di Menara BCA, Ini Identitasnya
PPP: PKS Tak Mau Mengalah Soal Wakil Ketua MPR
PPP: 60 Persen Kaki Kami di Koalisi Jokowi
Zulkifli Hasan, Ketua MPR Periode 2014-2019