TEMPO.CO, Surabaya - Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya menangkap 3 orang bernama Deni, Toni dan Fred. Ketiganya diketahui merupakan residivis dan tergolong bandar besar. "Ketiganya termasuk bandar besar dan jaringan internasional," kata Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Setija Junianta dalam jumpa pers, Ahad, 5 Oktober 2014.
Pengungkapan kasus ini bermula dari penangkapan Deni di depan sebuah foodcourt di Jalan Tidar, Surabaya, Selasa, 23 September 2014. Dalam penangkapan itu ditemukan barang bukti berupa satu bungkus sabu seberat 4,8 gram.
Keesokan harinya, polisi menggeledah rumah Deni di Jalan Kalibutuh Barat, Surabaya. Polisi kembali menemukan sebungkus plastik sabu seberat 86, 20 gram, 6 buah kantong plastik, dan 2 unit handphone.
Dari hasil pengembangan kasus Deni, polisi menangkap Toni di sebuah hotel di kawasan Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, Sabtu, 4 Oktober 2014. Sebanyak 3 butir ekstasi disita di lokasi.
Rupanya pada tempat dan waktu yang sama, Toni akan bertransaksi dengan Fred. Selang 30 menit setelah penangkapan Toni, polisi langsung meringkua Fred. Di mobil yang dikendarai Fred, ditemukan sabu seberat 2,75 Kilogram, dan 5 ribu butir pil ekstasi.
Selanjutnya, polisi menggeledah tempat tinggal Toni di Apartemen Puncak Kertajaya, Surabaya. Di apartemen Toni, polisi menemukan sabu 2, 42 gram, 1 butir pil warna merah muda, 0,5 butir pil warna hijau, 0,5 butir pol warna coklat muda yang diduga ekstasi, 5 butir pil yang diduga psikotropika jenis Happy Five, 1 plastik kecil berisi 1 butir kapsul warna krem, dan 1 unit timbangan elektrik.
Menurut Setija, ketiganya pernah ditangkap untuk kasus yang sama. Bahkan Toni dan Fred baru saja keluar dari penjara sekitar 1-2 tahun lalu. Toni pernah digerebek ketika menjalankan bisnis barang haram tersebut di Jalan Tidar, Surabaya pada 2009 silam.
Setija mengatakan total nilai narkoba yang dimiliki ketiga tersangka sangat besar. Harga 1 butir pil ekstasi berkisar antara Rp 700 ribu hingga Rp 800 ribu. Sedangkan 1 gram sabu bisa mencapai Rp 1,2 juta. "Sehingga total nilaiinya bisa Rp 7 miliar," ujarnya.
Ini menunjukkan bahwa ketiga tersangka merupakan bandar besar. Sabu yang dimiliki pun berkualitas impor. Artinya, mereka termasuk dalam jaringan narkoba internasional. "Narkoba ini mereka dapat dari Jakarta, yang kemungkinan besar melibatkan (jaringan) internasional."
Kepala Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Agus Yulianto mengatakan, ketiga tersangka akan dijerat dengan pasal 114 ayat 1 subsider pasal 112 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Ancaman pidana hukuman maksimal 20 tahun dan denda maksimal Rp 10 miliar. Bahkan Fredi bisa diancam hukuman mati atau seumur hidup karena kedapatan mengedarkan narkotika golongan I yang beratnya melebihi 5 gram.
AGITA SUKMA LISTYANTI