TEMPO.CO , Jakarta:- Direktur Politicawave, Yose Rizal, menyatakan gelombang penolakan dari sejumlah kelompok dan ribuan netizen di jejaring sosial atas pemilihan kepala daerah melalui Dewan Perwakilan rakyat Daerah bisa menjadi fenomena besar. “Berkaca dari sejarah di berbagai belahan dunia, fenomena Arab Spring dan occupy Wall Street movement bukanlah suatu hal mustahil bisa terjadi di Indonesia,” ujar Yose dalam siaran pers yang diterima, Sabtu, 27 September 2014.
Arab Spring merupakan sebutan yang diberikan terkait aksi demonstrasi dan perlawanan rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara yang menggeliat sejak 2010. Gelombang demonstrasi itu berakhir dengan jatuhnya rezim berkuasa di negara-negara di kawasan tersebut.(Baca:Tagar #ShameOnYouSBY Dominasi Perbincangan Netizen)
Sedangkan Occupy Wall Street movement merujuk pada gerakan protes yang berkembang di distrik keuangan Wall Street, New York City, sekitar September 2011 untuk memrotes berbagai persoalan seperti ketimpangan ekonomi, peningkatan pengangguran, dan korupsi yang terus terjadi. Protes di New York City ini mendorong munculnya protes dan gerakan “occupy” serupa di seluruh dunia.
Menurut Yose, gelombang penolakan itu bisa menjadi besar lantaran mendapat perhatian luas dari masyarakat. Pantauan PoliticaWave, selama 48 jam sejak Kamis, 25 september 2014 jelang rapat paripurna pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah, hingga Jumat siang, 26 September 2014, terdapat 279.619 percakapan di dunia maya. (Baca:Mantan Hakim MK: Peluang Uji Materi UU Pilkada 50:50)
Twitter menjadi kanal sosial media yang paling banyak digunakan dengan 274.936 percakapan. Forum seperti Kaskus menempati urutan kedua dengan 1.646 percakapan dan Facebook di urutan ketiga dengan 1.045 percakapan. Terpantau pula pemberitaan online terkait topik ini dengan total 1.884 berita.
Yose mengatakan, paripurna DPR yang mengesahkan pemilihan kepala daerah dipilih lewat DPRD meninggalkan rasa kecewa yang dalam bagi mayoritas masyarakat. Banyak netizen yang menyebut keputusan itu sebagai kemunduran demokrasi. Namun menurut Yose, pengesahan RUU Pilkada itu bukan akhir episode. Dalam pantauan Politicawave di sosial media netizen terus aktif menyerukan gerakan merebut kembali hak memilih secara langsung di berbagai kanal sosial media. (Baca:UU Pilkada Dibahas Media Arab News )
Di Twitter ada tagar #dukung pilkada langsung dan dibahas dalam 3.100 percakapan. Tagar lain seperti #savedemocracy dan #timetofightback terus bermunculan. Netizen juga merespon positif pemberitaan soal Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil dan Perludem yang akan mengajukan gugatan banding. “Suara rakyat lebih kuat dari suara dewan adalah keniscayaan di negara Demokrasi.”
IRA GUSLINA SUF
Baca juga:
Raisa, Gigi, dan JKT 48 Ramaikan Penutupan IIMS
Ketemu Dubes Asing, Risma Kebanjiran Tawaran Join
Kasus IM2, Operator Internet Minta Fatwa MA
Indonesia Raya Akhirnya Berkumandang di Incheon