TEMPO.CO, Semarang - Kelompok warga yang menolak pendirian pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah, menegaskan terjadi tindak kekerasan oleh aparat keamanan terhadap warga yang menolak pendirian pabrik itu. Aktivis Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng di Rembang, Ming Lukiarti, menyatakan banyak saksi yang mengetahui adanya kekerasan tersebut. “Ada ibu-ibu yang dilempar. Coba kalau tidak percaya ada saksi-saksinya kok,” kata Ming, Selasa, 24 Juni 2014.
Ming membantah pernyataan warga pendukung PT Semen Indonesia yang mengatakan tidak ada bentrok dan kekerasan pada saat acara peletakan batu pertama PT Semen Indonesia di Rembang beberapa waktu lalu. Tapi, ujarnya, rekaman video milik warga yang berisi tindak kekerasan itu disita polisi. Ming juga mengaku memiliki bukti foto. “Tapi tidak etis kalau disebarkan di media massa,” ujarnya.
Baca Juga:
Hingga kini, kata Ming, para penolak pabrik semen masih bertahan mendirikan tenda di lokasi pabrik. “Ada 65 ibu-ibu yang terus bertahan di tenda menolak pabrik semen,” kata Ming.
Sebaliknya warga pendukung pabrik semen membantah terjadi kekerasan oleh polisi. “Bukan bentrok. Hanya ada ibu-ibu yang dipindah dari jalan,” kata Sumindar, mantan Kepala Desa Kajar, Kebupaten Gunem, Rembang. Sumindar datang ke kantor Gubernur Jawa Tengah bersama puluhan warga dari Desa Kajar, Pasucen, Tegaldowo, dan Trimbangan untuk mendukung pendirian pabrik penambangan itu, Selasa, 24 Juni 2014.
Kubu pendukung semen juga heran atas adanya penambangan yang sudah lama terjadi dibiarkan oleh kubu penolak pabrik. “Penambangan batuan di wilayah Gunem Rembang sudah berjalan sejak puluhan tahun, tidak ada protes dari warga setempat. Tapi sekarang ada pabrik besar malah diributkan,” ujar Sumindar.
ROFIUDDIN