TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berencana membuka toko yang khusus menjual ragam jenis batik di Kota Dar Es Salaam, Tanzania. Ridwan juga diminta mengirim produk kerajinan Bandung ke Singapura.
"Sewaktu di Korea, saya didatangi oleh para wali kota di Afrika, ternyata di Tanzania batik sedang nge-tren. Mereka meminta kita mengirim batik," ujar Emil--sapaan akrab Ridwan--saat ditemui Tempo di Pendopo, Jalan Dalem Kaum, Bandung, Senin, 12 Mei 2014.
"Bahkan kita dikasih toko gratis khusus batik. Mereka ingin akhir tahun ini toko sudah buka," ujar Emil.
Tren menggunakan batik pertama kali muncul di Afrika Selatan karena kerap digunakan mendiang Nelson Mandela saat Presiden Afrika Selatan itu menghadiri acara kenegaraan. "Mereka menyebut batik itu Mandela Shirt, dan mereka sangat menyukainya," ujarnya. (Baca: Batik Mendunia karena Nelson Mandela)
Kendati menyukai batik, penduduk Afrika tidak mempunyai kultur membuat batik. Dengan demikian, masyarakat di sana sangat tertarik dengan batik Indonesia. "Mereka memohon agar kita mengirimkan batik ke Tanzania," ujar Emil.
Kini Emil sibuk menjalin komunikasi dengan sejumlah pengusaha batik di Bandung. Dia meminta Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bandung untuk membentuk tim kurasi, tim kendali mutu yang sesuai dengan selera pasar internasional. "Nanti pengusaha yang tertarik silakan segera menyiapkan batiknya. Pemkot hanya memfasilitasi," katanya. (Baca: Batik Indonesia di Patung Lilin Nelson Mandela)
Lulusan Institut Teknologi Bandung itu juga berharap Kota Bandung ke depannya bisa rutin mengekspor batik ke pasar internasional.
Untuk toko seni kerajinan di Singapura, Emil melanjutkan, merupakan permintaan pengusaha asal Bandung yang sudah lama tinggal di negara itu. "Kita juga ditawari lokasi berdagang di Singapura," katanya.
RISANTI