TEMPO.CO, Jakarta - Agenda kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke situs Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa, 25 Februari 2014, diisi dengan jalan-jalan mengitari situs. Kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk berfoto-foto, termasuk selfie, yang dilakukan Ani Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas.
Ibu Negara yang biasanya sibuk memotret obyek di sekitarnya dengan kamera kesayangannya kali ini lebih banyak memotret dirinya sendiri dengan menggunakan ponsel pintar. Ani Yudhoyono beberapa kali meminta stafnya memotretnya memakai ponsel pintar miliknya.
Begitu pula dengan sang putra, Ibas. Meskipun tampak berusaha tidak menonjolkan diri, Sekjen Partai Demokrat tersebut tampak asyik memotret menggunakan ponsel miliknya. Selain memotret dirinya sendiri, sesekali dia meminta pengawalnya untuk mengambil gambarnya menggunakan ponselnya dengan latar belakang batu-batu megalitikum.
Adapun Ani Yudhoyono membiarkan kamera canggihnya nganggur dan hanya dipegang staf protokoler. Dia sendiri memotret menggunakan kamera poket digital yang ditentengnya sambil berkeliling situs mulai dari teras pertama hingga teras kelima.
Sekitar satu jam lebih rombongan SBY berada di lGnung Padang. Dia menginstruksikan bawahannya agar penelitian dan pemugaran situs dilanjutkan tahun ini juga. "Penelitian segera dilanjutkan untuk mengetahui situs yang sebenarnya. Kita bentuk tim yang sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten sehingga keberadaan situs ini bisa terbuka," ujar SBY di Cianjur, Selasa, 25 Februari 2014.(baca: SBY Rehat 10 Menit Sebelum ke Situs Gunung Padang)
SBY juga menegaskan status situs Gunung Padang adalah cagar budaya nasional. "Untuk itu, perlu kajian lebih lanjut untuk mengungkapkan misteri yang selama ini masih belum terbuka," tuturnya.(baca: SBY ke Situs Gunung Padang, Bendera Demokrat Marak)
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyambut instruksi presiden tersebut. Apalagi, kata dia, penelitian Gunung Padang akan diatur melalui payung hukum peraturan presiden. "Jadi payung hukumnya lebih kuat karena menggunakan dana dari APBN. Kita dari provinsi akan membantu dengan mengalokasikan anggaran dari APBD," kata Ahmad Heryawan.
Ahmad Herwayan mengaku memiliki kepentingan agar penelitian ini segera dilanjutkan. Sebab, selama ini terjadi kesimpangsiuran informasi mengenai keberadaan situs ini. "Agar masyarakat yang selama ini penasaran menjadi tahu bagaimana misteri situs ini," ujarnya.
DEDEN ABDUL AZIZ