TEMPO.CO, Cirebon - Banjir yang terjadi beberapa waktu lalu menimbulkan kerugian besar di sector perikanan. "Nilai kerugian di sector perikanan mencapai sekitar Rp 587 miliar," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, di sela acara penyerahan bantuan kepada pembudidaya ikan korban banjir di Desa Bendungan Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Senin 24 Februari 2014.
Menurut dia, data itu merupakan nilai kerugian di enam provinsi di Indonesia. Seperti Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Luas kawasan budidaya perikanan yang terendam di banjir di empat provinsi di pantura Jawa mencapai 68.377 hektare. Provinsi Jawa Barat merupakan kawasan terparah terkena banjir, dengan luas lahan yang rusak 49.843 hektare dengan nilai kerugian mencapai Rp 432,4 miliar.
Di Jawa Tengah lahan perikanan yang rusak mencapai 15.14 hektare dengan nilai kerugian Rp 128,64 miliar. Disusul Banten seluas 611 hektare dan Jawa Timur seluas 2.377 hektare. Tidak hanya areal tambak, banjir pun telah merusak infrastruktur yang menunjang sector perikanan seperti irigasi dan konstruksi tambak.
Kerusakan lahan tambak menurut Cicip, diperkirakan akan mengganggu produksi perikanan nasional baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor. "Musibah banjir juga berdampak pada berkurangnya pendapatan masyarakat pembudidaya dan produksi ikan nasional," kata Cicip.
Untuk menanggulangi dampak kerugian akibat banjir, pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Bank Mayapada dan Tahir Foundation memberikan bantuan kepada para petambak sebesar Rp 31,1 miliar. "Bantuan dialokasikan untuk penyediaan sarana produksi dan rehabilitasi saluran tambak di Pantura Jawa," ujarnya.
Menurut dia, dana sebesar itu diambil dari anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan Rp 11,1 miliar, Bank Mayapada Rp20 miliar, merupakan dana hibah dari Tahir Foundation yang diberikan selama 5 tahun sebesar Rp100 miliar dengan alokasi Rp 20 miliar per tahun.
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Subiakto mengatakan, ancaman banjir diperkirakan akan terus mengancam sector perikanan budidaya tahun mendatang. "Kami berupaya mendorong petambak untuk meminimalisir kebanjiran di tambak," katanya.
Pejabat Bupati Cirebon, Daud Ahmad meminta kepada petambak di Kabupaten Cirebon untuk terus bisa diberikan pelatihan dan pengetahuan untuk memaksimalkan teknologi perikanan, baik ikan tangkap maupun ikan budidaya. "Selain banjir, minimnya ketersediaan sumber daya manusia di bidang ini pun membuat produksi perikanan di Cirebon," katanya.
IVANSYAH