Kondisi kesehatannya berangsur pulih, meski tak sepenuhnya sembuh. Ditemui Tempo di rumahnya, di Jalan Jogokariyan Yogyakarta, langkahnya tertatih menyambut di ruang tamu. Mata satu, tubuh kurusnya terlihat lemah. Baginya umrah adalah berkah yang terduga. Maklum, Setiyadi (63 tahun), suaminya, adalah seorang pedagang permen gula-asem dengan pendapatan rata-rata Rp 200 ribu per bulan. Hingga mustahil rasanya menyisihkan sedikit uang untuk membiayai dirinya berangkat ke tanah suci, Mekah.
Untuk menentukan jamaah teraktif dalam salat berjamaah, panitia masjid memanfaatkan teknologi finger print. Mesin absensi berbasis sidik jari itu dipasang di dua tiang di depan pintu masuk masjid. Satu mesin untuk peserta lansia dan satu lainnya untuk yang berusia muda. Bagi dia, dibanding harus tepat waktu tiba di masjid, aktifitas tersulit selama menjalani proses lomba adalah memastikan sidik jarinya terpindai mesin absensi itu. Ia menceritakan, pernah mesin ngadat meski ia tempelkan jarinya ke finger print berkali-kali.
Setiyadi mengatakan istrinya memang lebih rutin salat berjamaah dibanding dirinya. Biasanya, ia menjelaskan, berangkat ke masjid 20-10 menit sebelum azan berkumdang. "Dia lebih sering salat berjamaah dibanding saya, " katanya.
Ketua Pengurus Masjid Muhammad Jazir mengatakan sebenarnya ada 178 jamaah yang terekam finger print paling aktif salat berjamaah kala itu. Untuk menentukan yang paling berhak mendapat umrah gratis, panitia mendasarkannya pada jamaah yang paling sering datang awal di masjid. "Mesin itu akurat mencatat datanya," katanya.
Ia mengatakan dana umrah gratis itu bersumber sepenuhnya pada sponsor. Tak sepeser pun dana kas masjid terpakai untuk program itu. Tujuan lomba itu, kata dia melanjutkan, untuk menyemerakkan salat berjamaah di masjid. Idenya berawal dari keprihatinan banyak masjid memiliki bangunan megah dan bagus namun sepi jamaah saat waktu salat tiba.
Program salat jamaah berhadiah umrah ini, ia menceritakan, sebenarnya juga menuai kritik. Namun ia abai. Ia berkeyakinan , memberi hadiah untuk tujuan kebaikan tak ada salahnya. Tentang motivasi dan keikhlasan orang dalam beribadah, ia mengatakan, "Orang masuk surga terpaksa itu lebih baik dari pada masuk neraka ikhlas."
ANANG ZAKARIA
Terkait:
Di Masjid Jogokariyan, Rajin Salat Berhadiah Umrah
MUI: Salat Berhadiah Tak Haram, tapi...
Quraish Shihab: Salat Berhadiah Boleh untuk Anak
Di Bengkulu Ada Lomba Salat Jemaah Berhadiah Mobil