Malam itu, Sarah tak tahu Ade pulang ke rumah jam berapa. Cuma saat dia panggil, Ade datang mendekat ke kamar dia. "Saya panggil Ade. Terus bareng naik taksi ke Padalarang. Selama perjalanan Ade cuma bilang enggak tahu kenapa Wawan memanggil ke Padalarang. Ade enggak dikontak Wawan," kata dia.
Setiba di Padalarang, taksi berhenti di tepi jalan dekat akses ke pintu tol. Tak jauh, Sarah melihat Wawan menunggu dekat motor Suzuki Satria milik Ade. Ade turun lebih dulu dari mobil. Sarah menyusul setelah membayar ongkos taksi. Ia melihat Wawan tengah jongkok di bagian belakang motor.
"(Wawan) Jongkok sambil membersihkan rantai dan gir motor. Ada rambut di gir motor agak pirang. Saya tanya rambut siapa? Dia (Wawan) bilang rambut perempuan yang terseret motor," ucap Sarah. Penasaran, ia tanyakan lagi alasan bertemu Wawan di Padalarang. "Tapi dia marah bilang, "Jangan banyak omong, berisik," tutur dia. (baca:Kasus Sisca Yofie, Saksi Lihat Rambut di Gir)
Selang sejenak, Wawan dan Ade tampak saling berbisik. Lalu Wawan, kata Sarah, memberikan duit Rp 100 ribu kepada Ade untuk ongkos pulang ke Sukagalih. "Saya lalu ikut naik motor sama dia (Wawan) sekitar jam 9 malam ke Cianjur ke rumah Rido (saksi lain), teman yang sudah dianggap keluarga sendiri," ucap Sarah.
Dari Cianjur perjalanan diteruskan ke Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Di Cililin mereka tinggal di sebuah rumah kos. Mereka pun berlebaran di Cililin tanpa sempat bersilaturahmi ke rumah orang tua Wawan di Sukagalih. Saat dalam pelarian itulah, di sela perjalanan, Wawan mengaku kepada Sarah bahwa dia baru menjambret seorang perempuan.
Namun, terdakwa tak menjelaskan bagaimana nasib si korban. "Hari Kamis (8 Agustus), Ade kirim SMS ke Wawan melalui handphone Esia saya. Isinya, ada kejadian di Cipedes (Jalan Cipedes Tengah), korbannya meninggal dunia," ucap Sarah. Namun, ia tak berani banyak tanya kepada Wawan karena takut dimarahi. (baca: Keluarga Sisca Yofie Datangi Tersangka Pembunuh)
Terdakwa menelepon dan membuang ponsel