TEMPO.CO, Jakarta - Ketidakhadiran Gubernur DKI Joko Widodo dalam perhelatan bergengsi World Economic Forum di Davos, Swiss, 22-25 Januari 2014 disayangkan banyak pihak. Seharusnya, di forum itu Jokowi tampil menjadi pembicara dalam sesi Young Global Leaders pada 22 Januari 2014. (baca:Jokowi Tuai Kritik karena Absen di Davos)
Menurut Djoko Susilo, Duta Besar RI di Swiss, di dunia tengah terjadi pertanyaan besar mengenai ekonomi Indonesia ke depan setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Maka, muncul pertanyaan pula terhadap kemampuan Jokowi, yang santer dikabarkan berpeluang besar menjadi presiden yang akan datang, dalam menangani urusan luar negeri, seperti forum G-20 dan APEC. “Walau citranya positif dan antikorupsi,” kata Djoko Susilo dalam percakapannya dengan Tempo melalui sambungan internasional, Kamis, 23 Januari 2014. (baca:Jokowi Maju, 8 Partai Tergusur)
Oleh karena itu, Djoko menyayangkan, Jokowi memilih tak hadir dalam pertemuan bergengsi itu. (baca:Banjir, Jokowi Pilih Mangkir dari Forum Davos ) Menurut dia, walau sifatnya informal, tapi forum Davos sangat terkenal dan dihadiri para pemimpin dunia, baik bisnis maupun politik. Presiden Iran, Perdana Menteri Jepang, Presiden Korea Selatan, dan tokoh kunci Asean muncul di antara peserta. Belum lagi para CEO raksasa bisnis dunia.
Jokowi, kata Djoko, semestinya mempertimbangkan posisi Indonesia sebagai negara terbesar ke-15 di dunia, anggota G-20, serta memiliki skala ekonomi terbesar di Asean. Itu sebabnya, riskan jika Jokowi tak memiliki pengalaman hubungan luar negeri yang memadai. Djoko lantas menuding tim di belakang Jokowi lemah dalam pemahaman internasionalnya karena melewatkan acara sebesar Forum Davos.
Menurut Djoko Susilo, kehadiran Jokowi di Davos lebih bagus ketimbang kedatangan di beberapa forum internasional. Penampilan di Davos dinilainya akan berefek besar dan efektif untuk menaikkan pamor Jokowi di mata publik nasional dan internasional. Apalagi, sejumlah media asing terkemuda, semacam Der Spiegel dan New York Times, sudah memuat profil Jokowi sebagai tokoh lokal yang berpengaruh.
Itu sebabnya, politikus Partai Amanat Nasional ini berpendapat, pengalaman Jokowi di kancah internasional perlu diasah supaya dia tak hanya menjadi tokoh lokal. Santernya dukungan untuk Jokowi menjadi calon presiden mestinya menjadi pertimbangan untuk muncul di forum-forum internasional yang bergengsi. “Berat kalau pemimpin negara tak punya networking internasional.”
Gubernur DKI Jakarta Jokowi sendiri mengakui forum itu cukup penting. Meski begitu, menurut Jokowi, jika harus memilih hadir atau menangani banjir di Jakarta, ia memilih tak pergi ke Davos. Lagipula, kata Jokowi, konfirmasi ketidakhadiran disampaikannya langsung kepada panitia pada medio November 2013. “Saya lebih mengutamakan rakyat, dong,” katanya kepada Tempo. (baca:Alasan Jokowi Mangkir dari Forum Davos )
JOBPIE SUGIHARTO
Berita terkait
PKS Soal Jokowi: Populer Enggak Dicalonin, Ngapain ?
Ditanya Capres, Jokowi: Saya Siapkan Muaranya..
Survei: PDIP Tak Usung Jokowi, Prabowo Menang
Partai Nasdem Ragukan Kedahsyatan Efek Jokowi