TEMPO.CO, Jakarta - Kedatangan Wakil Menteri Pertahanan Kerajaan Arab Saudi Pangeran Salman bin Sultan bin Abdul Aziz Al-Saud ke Jakarta disambut dengan jamuan makan siang mewah ala Timur Tengah oleh Kementerian Pertahanan. Makan siang bersama itu digelar di Balai Komando Cijantung, dengan nasi mandi lahm (daging kambing) dan mandi dajjaj (ayam) sebagai menu utama bagi para tamu dan ratusan anggota Kopassus yang hadir. Gurihnya nasi mandi penuh remah dan sultana menjadi penutup kesepakatan bilateral antara Indonesia-Arab Saudi.
Gedung Balai Komando Cijantung yang biasanya digunakan acara pernikahan, Kamis, 23 Januari 2014 itu disulap menjadi ruang jamuan makan resmi, lengkap dengan meja panjang dan jambangan bunga beraneka ragam. Belum lagi, ada "pelaminan" berbentuk lengkung khas arsitektur Arab di panggung utama.
Duduk di meja utama bersama Pangeran Salman, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin beserta Komandan Kopassus Mayor Jenderal Agus Sutomo beserta jajaran militer dan pemerintahan dari kedua negara. Sambil menikmati nasi mandi yang disajikan dalam nampan perak besar seukuran wajan penggorengan tahu kaki lima, alunan musik gambus yang diputar melalui pengeras suara seakan berlomba dengan denting sendok garpu ke ribuan piring.
Semua pengadaan menu dan dekorasi itu diserahkan ke sebuah restoran Arab ternama di bilangan Cikini, Jakarta Pusat demi kedatangan Pangeran Salman. Harga satu menu nasi mandi ayam plus daging kambing porsi jumbo itu berkisar Rp 600 ribu. Tak terhitung berapa nampan nasi mandi yang disediakan. Yang pasti, ada sekitar 1.000 orang yang hadir memenuhi Balai Komando, sebagian besar adalah anggota Kopassus. Selain nasi mandi, hadirin juga disuguhi sop iga dan sambosa (semacam martabak berisi daging kambing), serta buah-buahan dan puding sebagai dessert.
Kunjungan Salman ke Indonesia memiliki arti khusus untuk kerja sama pertahanan kedua negara. Indonesia dan Arab Saudi sepakat untuk meningkatkan kerjasama bilateral dalam bidang pertahanan. "Ini baru pertama kalinya ada kerja sama pertahanan antara Indonesia dengan Arab Saudi sejak hubungan diplomatik dibuka pada 1950-an," ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin kepada Tempo.
Kesepakatan itu meliputi kerja sama penelitian dan transfer teknologi di bidang alutsista, pelatihan pasukan khusus militer terkait penanganan teror, dan juga kerjasama dalam penanganan bencana. Saudi, kata Sjafrie, juga memiliki teknologi yang menjanjikan untuk pengembangan alat utama sistem persenjataan.
Berkunjung kurang dari 24 jam, Pangeran Salman menyempatkan diri untuk melihat sejumlah alutsista TNI yang diproduksi dalam negeri seperti Anoa dari PT Pindad di Markas Kopassus dan juga CN-295 yang merupakan rakitan PT Dirgantara Indonesia bekerjasama dengan Airbus Military di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma.
Salman mengaku sangat gembira dengan sambutan pemerintah Indonesia dan juga pihak militer atas kunjungan yang tak genap satu hari itu. "Semoga hubungan antar negara bisa lebih ditingkatkan lagi," kata Salman dalam Bahasa Arab Fusha yang diterjemahkan oleh penerjemah kedutaan.
Sjafrie juga mengaku puas atas kesepakatan yang ditandatangani. Dia tak menyangka kalau "gerilya" kunjungannya beberapa waktu lalu ke Arab Saudi membuahkan hasil. "Kemarin kami cuma 'ketuk pintu', tahu-tahu mereka datang langsung teken kesepakatan," kata dia.
SUBKHAN