1. Ancaman Nazaruddin, Mei 2011
Berbagai tudingan terhadap Nazaruddin terkait Wisma Atlet membuat Dewan Kehormatan Partai Demokrat memutuskan dua opsi, yaitu pemecatan atau pengunduran diri bagi Nazaruddin. Selanjutnya, Ketua Umum Anas Urbaningrum diberi tugas meminta tanda tangan pengunduran diri Nazaruddin.
Justru Anas waktu itu mendapat titipan pesan dari Nazaruddin untuk Ketua Dewan Kehormatan, Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pesan titipannya, Nazaruddin mengancam akan menyeret empat petinggi partai jika dipaksa mundur. Sebelum memutuskan untuk memecat Nazar, Anas berhasil mengabulkan permintaan Nazaruddin untuk bisa dipertemukan dengan Ketua Dewan Pembina Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Pertemuan akhirnya disepakati Yudhoyono pada 23 Mei 2011. Pertemuan terjadi di Perpustakaan rumah SBY. Waktu itu beberapa petinggi ikut serta antara lain: Anas Urbaningrum, Nazaruddin, E.E. Mangindaan, Jero Wacik, dan Amir Syamsuddin.
Dalam pertemuan selama 3,5 jam itu, Nazar mengancam bakal menyeret beberapa nama jika ia terus-menerus disudutkan, termasuk Sekretaris Jenderal Demokrat Edhie Baskoro alias Ibas, putra Yudhoyono. Selain Ibas, Nazaruddin melempar kabar tentang siapa yang lebih banyak berperan dalam proyek di Kemenpora. Nazaruddin menyebut Choel Mallarangeng sebagai orang yang mengatur beberapa tender proyek atas sepengetahuan kakaknya, Andi Mallarangeng.
Pada kesempatan lain, Ibas menyanggah tuduhan Nazaruddin. "Belum ada bukti yang menyangkut kami dan semua yang selama ini disebut dalam persidangan," kata Ibas di Jakarta (Desember 2011).
2. Bu Pur dan Sepupu Yudhoyono