Kementerian Pertahanan dan Keamanan juga mendorong industri pertahanan untuk melakukan kerja sama. Contohnya, PT Sari Bahari yang memproduksi cashing rocket dan bom, tapi pengisian bahan peledak bekerja sama dengan PT Dahana, sebuah BUMN yang bergerak di bidang bahan peledak.
Menurut Sjafrie, modernisasi alat utama sistem pertahanan untuk percepatan pemenuhan Minimum Essential Force 2014 juga dianggarkan dengan dana besar. Pada 2010 dianggarkan dana Rp 42,3 triliun, sedangkan 2014 naik menjadi Rp 83,4 Triliun. "Ini sesuai renstra atau rencana dan strategi peralatan militer 2010-2014," katanya.
Adapun Direktur Utama PT Sari Bahari, Ricky Hendrik Egam, menyatakan tengah menjalin kerja sama alih teknologi produksi fuse dengan produsen fuse asal Bulgaria Armaco. Alih teknologi dilakukan setelah PT Sari Bahari memesan 1.500 buah fuse. ”Fuse bisa dipicu secara elektronik maupun manual,” katanya.
Menurut Ricky, tujuan alih teknologi yaitu untuk mengurangi ketergantungan terhadap sejumlah komponen yang belum bisa diproduksi di Indonesia. PT Sari Bahari merupakan satu-satunya produsen bom dalam negeri. Total sebanyak 3 ribu bom latih digunakan TNI Angkatan Udara, serta sebanyak 260 buah kepala roket akan digunakan untuk latihan perang bagi tentara angkatan darat, udara, dan laut Republik Cili.
EKO WIDIANTO