TEMPO.CO, Cirebon - Kenaikan harga tempe dari Rp 6.500 per kilogram menjadi Rp 9.500 hingga Rp 10 ribu per kilogram membuat pedagang tempe protes. Di Kota Cirebon, sejumlah pedagang tahu dan tempe mogok berjualan dan merazia pedagang tahu dan tempe yang berjualan.
Sejak pukul 03.00 dini hari, para pedagang sudah berkumpul di depan pintu pasar di Pasar Celancang, Kabupaten Cirebon. Mereka melarang para pedagang tahu-tempe membawa dagangannya ke dalam pasar. "Aksi ini dilakukan karena naiknya harga kedelai," kata Jack Tarno Slamet, koordinator aksi, Senin, 9 September 2013.
Menurut dia, aksi ini dilatarbelakangi adanya surat arahan dari Gabungan Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo) yang menyerukan kepada setiap perajin maupun pedagang tempe dan tahu untuk berhenti berproduksi dan berjualan selama 3 hari, terhitung mulai 9 hingga 11 September.
"Karena produsen menghentikan produksi, kami pun menghentikan perdagang berjualan," kata Jack.
Sejak tadi pagi, kata Jack, tidak ada satu pun pedagang yang berjualan tahu dan tempe di pasar. Seperti yang terjadi di Pasar Pagi dan Pasar Kanoman Kota Cirebon, tak tampak tahu dan tempe dijajakan di sana. "Saya keliling pasar, ternyata memang tidak ada satu pun pedagang tahu dan tempe yang berjualan," kata Ida, pedagang sayur keliling. Menghilangnya tahu dan tempe di pasaran membuat konsumen tahu-tempe mengeluh.
IVANSYAH
Berita Terpopuler Lainnya:
Resepsi Nikah Bella Shapira Dihadiri Ribuan Kolega
Final Miss World 2013 Akan Dipindah?
Ahmad Dhani Terancam Kehilangan Hak Asuh Atas Dul