TEMPO.CO, Jember-Rendemen atau kadar kandungan gula di dalam batang tebu turun akibat curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir. Ketua Paguyuban Petani Tebu Rakyat (PPTR) Jember Mohammad Ali Fikri mengatakan iklim dan cuaca yang cenderung ekstrem dalam beberapa pekan terakhir, membuat rendemen turun dibanding tahun 2012 lalu.
"Hasil giling bulan ini menunjukkan rendemen tebu kami hanya 6,5 persen," kata Ali, Selasa, 18 Juni 2013. Padahal, selama musim giling tebu 2012, rendemen tebu di Pabrik Gula Semboro (PG) Jember sekitar 7-8,03 persen.
Selama musim giling 2012 PG Semboro menggiling sekitar 60 ribu kwintal tebu per hari. Namun sejak buka giling tahun ini, pada pekan pertama Juni 2013, hanya mampu menggiling sekitar 31 ribu kuintal tebu setiap hari.
Tahun ini, kata Fikri, di Kabupaten Jember ada sekitar 6000 hektare tanaman tebu milik petani. Hujan deras yang turun hampir setiap hari, selain mempengaruhi tingkat kematangan juga berpengaruh terhadap pertumbungan tebu. Kandungan air yang terlalu banyak pada lahan memacu tumbuhnya tunas dan anakan baru pada batang tebu yang siap panen.
Kondisi cuaca juga menganggu proses panen atau penebangan tebu di lahan dan proses pengangkutannya ke pabrik. "Akibatnya, biaya operasional membengkak, dan mempengaruhi keuntungan petani tebu."
Abdul Hamdi, seorang petani tebu di Kecamatan Semboro mengatakan, musim giling tebu tahun lalu, petani Jember meraup keuntungan bersih rata-rata Rp30 juta per hektare. Namun tahun ini, kata dia, karena cuaca dan iklim ekstrem, pendapatan petani berkurang 50 persen lebih. "Ongkos tebang-angkut naik, karena truk tidak bisa masuk lahan yang becek."
Karena lahan becek, terpaksa tebu harus diangkut beberapa meter atau kilo meter ke tepi jalan. Dia membandingkan dengan 2012, ongkos tebang dan angkut tebu (dari lahan menuju pabrik) hanya sekitar Rp4 ribu per kuintal tebu. Namun saat ini, kata dia, ongkos tebang angkut melejit hingga Rp10 ribu per kuintal tebu.
Administratur PG Semboro Widodo Kardianto mengakui adanya penurunan rendemen dan jumlah tebu yang digiling saat ini. Menurutnya, diperkirakan hujan akan berhenti setelah memasuki Juni atau saat dimulainya panen tebu. "Bagimana lagi? Iklim dan cuacanya begini. Kata BMKG kemarau basah. Nasib petani tebu hampir sama dengan petani tembakau."
Padahal, kata Widodo, musim giling tahun ini, PG Semboro mentargetkan penambahan hasil produksi gula 100 ribu ton. Pada musim giling 2012, kata dia, produksi PG Semboro mencapai 860 ribu ton gula. "Perkiraan kami tahun ini ada peningkatan rendemen. Mudah-mudahan kemarau basah ini segera berakhir."
MAHBUB DJUNAIDY