TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam, Andi Arief, akan memenuhi panggilan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia soal komentarnya di Facebook. Komnas HAM rencananya akan meminta klarifikasi kepada Andi dan Dipo Alam atas pernyataan keduanya dalam jejaring sosial yang dianggap mendiskreditkan profesor bidang filsafat, Franz Magnis Suseno.
"Kalau dipanggil, saya akan datang," kata Andi, kepada Tempo, Selasa, 28 Mei 2013. Namun, Andi menambahkan, hingga kini ia belum menerima surat panggilan dari Komnas untuk mengklarifikasi pernyataannya. "Tapi saya siap hadir."
Andi membuat pernyataan yang dianggap mendiskreditkan Franz Magnis yang memprotes rencana penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. ACF rencananya akan memberikan penghargaan bidang toleransi beragama kepada SBY di New York, Amerika Serikat, 30 Mei besok.
Komisioner Komnas, Natalius Pigai, menyatakan lembaganya sudah melayangkan surat pemanggilan untuk Andi dan Sekretaris Kabinet, Dipo Alam, atas komentarnya di Twitter. "Pemanggilan kedua pejabat negara tersebut untuk hari Rabu tanggal 29 Mei 2013," kata Pigai, melalui pesan pendek yang diterima Tempo, Senin, 27 Mei 2013, kemarin.
Kicauan Dipo yang dicatat Komnas berbunyi, "Masalah khilafiyah antar umat Islam di Indonesia begitu banyak, jangan dibesarkan oleh yang non-muslim seolah simpati minoritas diabaikan." Selain itu ada cuit lainnya yakni, "Umaro, ulama dan umat Islam di Indonesia secara umum sudah baik, mari liat ke depan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang non-muslim FMS."
Adapun komentar Andi di Facebook yang dicatat Komnas adalah yang diberi judul "PROTES ROMO MAGNIS : PROVOKASI dan KELUHURAN?". Salah satu kalimat dalam komentar Andi adalah "Menurut saya, ini adalah provokasi ketimbang keluhuran. Lebih sebagai kebencian ketimbang ingin memperbaiki keadaan. Denyut perubahan positif yang amat banyak, bagi Magnis dianggap tak ada."
Andi mengakui bahwa komentar di Facebook itu memang dibuatnya. Namun, ia tak merasa mendiskreditkan Franz Magnis Suseno dalam komentarnya. "Silakan dibaca di FB saya. Rasanya saya biasa saja, menulis tanpa prasangka," katanya. "Heran juga saya, harusnya Romo (Magnis) yang melaporkan ke Komnas HAM kalau tulisan saya dianggap mendiskreditkan."
Adapun hingga kini Tempo belum berhasil mengkonfirmasi Dipo Alam. Sambungan telepon dan pesan pendek Tempo belum direspons mantan aktivis mahasiswa ini hingga Selasa sore.
Sebelumnya, Franz Magnis- Suseno menyatakan keberatan atas rencana penganugerahan "World Statesman Award" kepada Presiden SBY. Franz Magnis menyampaikan keberatannya lewat surat yang dikirimkan kepada ACF, pada pertengahan Mei lalu.
Franz Magnis menyebutkan ada dua dua poin keberatan yang disampaikan. Pertama, SBY selama kepemimpinannnya 8,5 tahun tidak pernah menyatakan kepada rakyat Indonesia untuk menghormati minoritas. Kedua, SBY tidak pernah melindungi kelompok yang menjadi korban kekerasan seperti dalam kasus Ahmadiyah dan Syiah yang dicap sesat oleh kelompok aliran keras. "Presiden SBY tidak melakukan apa-apa dan mengatakan apa-apa untuk melindungi mereka," kata Franz Magnis.
PRIHANDOKO
Terhangat:
Kisruh Kartu Jakarta Sehat | Menkeu Baru | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha
Baca juga:
Anis Matta Disebut Terima Miliaran Rupiah
Dapatkan Agen, Joe Taslim Kalahkan Ribuan Aktor
Joe Taslim Dapat Bonus, Fast Furious Box Office
Interpelasi soal KJS, Jokowi: Bukan Masalah!