TEMPO.CO, Yogyakarta - Penyerbuan kelompok bersenjata ke Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, yang menewaskan empat tahanan, Sabtu, 23 Maret 2013, dinilai akan berdampak psikologis bagi tahanan lain.
Sosiolog kriminalitas Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Suprapto, mengatakan, peristiwa yang disaksikan langsung para tahanan itu setidaknya akan memberi dua pengaruh.
"Pertama halusinasi, kedua ilusi," kata Suprapto, Senin, 25 Maret 2013. Halusinasi akan membuat tahanan yang menyaksikan terus-menerus terbayang akan peristiwa penembakan itu layaknya menonton sebuah film yang diputar berulang-ulang. "Tidak ada peristiwa apa-apa, dia (tahanan) terus membayangkan itu seolah-olah masih berlangsung," kata dia.
Namun halusinasi itu tak seberapa. Lebih parah jika yang terjadi adalah dampak ilusif. Pada tingkatan ini, tahanan akan merasa semua pihak yang ditemuinya adalah pelaku penyerbuan yang dianggap suatu saat bisa mengancam keselamatannya. Bukan lagi trauma lahiriah, tapi trauma yang lain.
"Kalau depresi psikologis ini dibiarkan, lama-lama menimbulkan kerusakan jaringan otak. Jadi gangguan jiwa akut," kata dia. Terlebih para tahanan berada di sel dengan ruang gerak yang terbatas.
Meski demikian, Suprapto mengatakan, kecil kemungkinan jika aksi kekerasan itu akan menular dan diikuti para tahanan. "Lepas kontrol dan meniru kecil kemungkinannya, tapi takut berkepanjangan lebih besar kemungkinannya," kata dia.
Untuk mengatasi persoalan traumatis, Suprapto merekomendasikan sejumlah cara. Cara paling sederhana adalah mendatangkan psikolog untuk mengecek kondisi mental para tahanan secara berkala.
Namun, dengan peristiwa yang terjadi, ia tak begitu yakin cara mendatangkan psikolog ini berjalan mulus dan langsung menyelesaikan. Perlu ditunjang cara lain untuk mengikis dampak ilusi karena ingatan manusia sangat kuat akan suatu suasana.
"Suasana dalam penjara perlu diubah, mungkin penataan ruangnya," kata dia. Misalnya saja, di sel bekas pembantaian digunakan sebagai tempat lain yang tak berhubungan dengan kurungan. Seperti kantor administrasi sementara, transit sipir, atau bahkan ruang makan. "Yang penting jangan membuat ruang itu seperti kosong dan memposisikan sebagai tempat angker. Bisa dipakai untuk banyak orang aktivitas lain," kata dia. Jika cara itu tak juga berhasil, Suprapto merekomendasikan dilakukan kebijakan penukaran tahanan dengan penghuni LP lain di DIY.
Kepala LP Sleman, Sukamto menuturkan, sebanyak 31 tahanan menyaksikan secara langsung eksekusi empat tahanan pembunuh anggota Kopassus, Sersan Satu Santosa, oleh sekelompok orang tak dikenal, Sabtu dinihari. Selain telah memberi penjelasan bahwa kejadian serupa tak terulang, pihaknya juga berencana mendatangkan psikolog untuk menyembuhkan trauma para tahanan. Simak penyerangan penjara Sleman di sini.
PRIBADI WICAKSONO
Topik Terhangat: Kudeta || Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas
Terpopuler:
Inul Daratista Siapkan Bisnis Baru.
Kimberly Ryder Gugup Bertemu Demi Lovato
Demi Lovato Panaskan Istora
Pure Saturday Ramaikan ARTE Arts Festival
Miss Hong Kong Kagum pada Perempuan Berjilbab